Bandung (ANTARA News) - Helikopter Bolkow-105 atau NBO-105 buatan PTDI merupakan pesawat heli yang cocok untuk medan tempur karena selain suaranya tidak bising dan mampu mengangkut lima orang penumpang, juga bisa dipasangi senapan mesin dan peluru kendali.

Tak heran dengan ketangguhannya, helikopter buatan PT Dirgantara Indonesia itu menjadi heli serbu TNI yang biasa digunakan untuk berbagai operasi tempur atau penyelamatan di wilayah seperti Papua.

PT Dirgantara Indonesia sejak mendapat lisensi dari Messoshmit Bolkow Blohm (MBB) pada 1976 hingga 2009 ini telah memproduksi 122 unit helikopter jenis ini.  Sayang, PT DI dipastikan tidak lagi memproduksinya karena lisensi dari MBB yang diperoleh PTDI telah habis.

Sesuai lisensi setelah produksi ke-122, PTDI tak lagi membuat Helikopter NBO-105. Produk ke-122 dari Helikopter NBO-105 ini selesai dikerjakan PTDI dan telah diserahkan ke TNI AD pada 19 Maret 2009.

"PT Dirgantara Indonesia tidak lagi memproduksi NBO-105, lisensi dengan MBB sudah habis," kata Kepala Humas PT Dirgantara Indonesia, Rokhendi.

TNI-AD merupakan pembeli pertama (1976) dan pembeli terakhir (2009) helikopter jenis itu. Selain dioperasikan oleh militer, heli itu juga banyak digunakan untuk penerbangan sipil, dalam maupun luar negeri.

Perjanjian lisensi dapat dilanjutkan jika pasar menghendaki PTDI memproduksi lagi Helikopter NBO-105. "Kalau pasarnya cukup besar, PTDI dapat kembali dipercaya membuat Helikopter NBO-105," katanya.

Dihentikannya produksi komponen gear box merupakan kendala utama pembuatan Helikopter NBO-105. Pabrikan gear box hanya bersedia memproduksi jika pesanan lebih dari 20 buah.

Rokhendi menyebutkan, TNI sebagai pengguna heli NBO-105 terbanyak menyusul komitmen TNI untuk menggunakan alusista buatan dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan logistiknya.

PTDI sendiri masih memproduksi helikopter jenis lain, seperti jenis Super Puma dan NB Bell yang diantaranya dipesan TNI.

Saat ini, PT Dirgantara Indonesia tengah merakit empat pesawat tipe CN 235 untuk patroli maritim Korea Selatan dan tiga pesawat untuk TNI Angkatan Laut sampai 2011 mendatang. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009