Jakarta (ANTARA News) - Penampilan Iwan Fals menyanyikan lagu "Pulanglah Pak" sambil memetik gitar akustik, menjadi puncak konser budaya "Selepas Bapakku Pulang" di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa malam.

Melalui lagu ciptaannya, Iwan berteriak memanggil sang bapak yang hilang tanpa jejak dan tidak pernah kembali lagi hingga saat ini.

Usai menyanyikan lagu tersebut, lima orang pemuda naik ke panggung, mereka kemudian menyanyikan lagu "Doa" bersama Iwan Fals dengan cara acapella.

Pada saat mereka menyanyi para pengisi acara naik ke panggung dan turut menyanyikan lagu "Doa".

Konser ditutup oleh doa yang dibacakan oleh Allende, putra almarhum Munir. Bocah berusia sembilan tahun tersebut membaca teks doa di tengah seluruh pengisi acara.

Peluncuran Buku

Konser Budaya tersebut diselenggarakan bersamaan dengan peluncuran buku "Selepas Bapakku Pulang" karya Fitri Nganti Wani, putri penyair Wiji Tukul yang diduga menjadi salah seorang korban penculikan pada 1998.

Penerbit buku dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Baskara T Wardaya mengatakan, buku kumpulan puisi tersebut berisi puisi-puisi yang bertutur tentang kepergian Wiji Tukul tanpa jejak dan tidak pernah kembali.

Menurut dia, diselenggarakannya konser budaya sekalgus untuk mengenang 11 tahun hilangnya para korban penculikan yang sampai saat ini tidak pernah kembali.

Mereka antara lain, Wiji Tukul, Yani Afri, Feisol Reza, dan Gunawan Sudibyo. Sedangkan aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) Kontras. Munir, yang berusaha mencari korban penculikan akhirnya juga tidak pernah kembali setelah tewas diracun.

Menurut Ngani Wanti, buku yang ditulisnya sejak tahun 2000 hingga tahun 2008, berisi 66 judul puisi.

Nganti Wani sendiri tampil membawakan dua puisinya.

Selain Iwan Fals dan Nganti Wani, konser tersebut juga diisi dengan penampilan Oppie Andaresta dan Doddy Katamsi yang masing-masing menyanyikan satu lagu.

Kemudian, Musdillah Mulia dan Sitok Srengenge membuawakan puisi. Sipon, istri Wiji Tukul, dan Ruminah, ibunda Gunawan Sudibyo juga turut membaca puisi.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009