Tegucigalpa (ANTARA News) - Presiden terguling Honduras Manuel Zelaya, Rabu, mengatakan, telah menjadwal-ulang kepulangannya ke Honduras pekan ini, setelah berakhirnya ultimatum 72 jam yang dikeluarkan Organisasi Negara Amerika (OAS) agar memulihkan kekuasaannya.

"Kami akan menunggu 72 jam guna melanjutkan proses ini mengingat ultimatum OAS," kata Zelaya kepada wartawan Rabu, sehari sebelum ia dijadwalkan bertolak ke negara asalnya untuk pertama kali sejak digulingkan dalam kudeta Ahad (28/6).

Zelaya, yang berada di Panama bagi pelantikan jutawan konservatif Ricardo Martinelli sebagai presiden baru di negeri tersebut, mengatakan kendati diancam akan ditangkap, ia akan pulang untuk meminta kembali jabatannya.

"Kepulangan saya ke Honduras dijadwalkan akhir pekan," kata Zelaya di Kota Panama, tanpa menetapkan harinya.

Pernyataannya seperti dilaporkan AFP disampaikan di tengah peningkatan tekanan internasional agar jabatan Zelaya dipulihkan.

OAS, dalam satu komunike, Rabu, mengatakan Honduras menghadapi risiko diskors dari organisasi itu kalau tak memulihkan jabatan Zelaya, salah satu dari beberapa tindakan oleh organisasi dan pemerintah asing yang menekan negeri tersebut.

Pentagon, Rabu, menghentikan semua kegiatan militer dengan Tegucigalpa sampai pemberitahuan lebih lanjut, dan menyatakan pemerintah di Washington --tempat Zelaya bertemu dengan para pejabat AS-- untuk saat ini "menilai situasi".

Bank Dunia menyatakan akan menghentikan semua pinjaman dan bantuan kepada Honduras, yang bernilai 400 juta dolar AS "sampai ada penyelesaian krisis saat ini".

Lembaga lain keuangan, termasuk bank regional, juga telah memerintahkan pembekuan pinjaman dan pembayaran kepada negara miskin itu.

Sementara itu, negara Uni Eropa sepakat untuk tak melakukan kontak dengan para pemimpin pasca-kudeta di Honduras, sementara Prancis dan Spanyol menarik duta besar mereka.

Berbagai organisasi internasional menyatakan mereka menunggu hasil tindakan OAS Rabu, setelah sidang majelis umum menginstruksikan Sekretaris Jenderal Jose Miguel Insulza melakukan upaya diplomatik selama tiga hari ke depan yang akan menghasilkan pemulihan jabatan Zelaya.

Jika semua tindakan tersebut tak memberi hasil, Honduras akan dilarang menghadiri pertemuan OAS sejalan dengan piagam kelompok itu, demikian antara lain isi komunike OAS.

Ketegangan telah merebak di Honduras sejak Zelaya digulingkan dalam kudeta dukungan militer pada Ahad dan segera diterbangkan ke luar negeri tersebut. Kudeta itu adalah yang pertama di negara pengekspor kopi dan pisang tersebut dalam lebih dari 20 tahun.

Zelaya, yang terpilih pada 2005 untuk memangku jabatan selama empat tahun yang tak dapat diperpanjang, mengadakan pembicaraan di Washington, Rabu, dengan para pejabat AS mengenai pemulihan jabatan presidennya di negara Amerika Tengah, yang memiliki 7,5 juta warga. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009