Jakarta (ANTARA News) - Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) memprediksi kemenangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono/Boediono 60 persen dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 8 Juli 2009.

Direktur Eksekutif Puskaptis Husin Yasid, dalam keterangan pers di Jakarta, Senin, mengatakan, perkiraan kemenangan SBY-Boediono itu telah diprediksi jauh sebelumnya setelah melakukan metode stratafied random sampling di 1.000 desa, 600 kecamatan dan 159 kabupaten/kota.

"Figur SBY memang masih sulit untuk terkejar dibanding dua pasang capres-cawapres lainnya Megawati-Prabowo yang hanya meraih suara sekitar 26 persen dan Jusuf Kallah-Wiranto sekitar 14 persen," katanya.

Kelebihan pasangan SBY-Boediono yang diusung dari Partai Demokrat itu karena selain kefigurannya juga di dukung sebanyak 23 partai politik (Parpol) peserta pemilu tahun ini.

Sehingga, wajar bila masyarakat di Tanah Air masih memilihnya untuk menjadi presiden lima tahun mendatang dibanding dua pasangan capres dan cawapres lainnya.

Menurut Husin, figur SBY berdasarkan survei yang dilakukan memang masyarakat lebih banyak memilihnya berdasarkan kriteria kefiguran, visi dan misi yang dibawakan serta kompetensi seorang capres dan cawapres.

Dengan demikian, prediksi yang sering dilontarkan beberapa pengamat bahwa Pilpres tahun ini akan terjadi dua putaran itu tidak mungkin terjadi setelah melihat hasil perhitungan cepat tersebut.

Ia mengatakan, berdasarkan rekapitulasi data akhir quick count Pilpres yang masuk hingga pukul 17:30 WIB pasangan SBY-Boediono unggul pada lebih 20 provinsi.

Tanpa menyebut daerah, namun menurut Husin, Puskaptis sebagai salah satu lembaga survei resmi di tanah air, tidak mempunyai kewenangan untuk menetapkan kemenangan salah seorang capres karena yang berhak dan berwenang adalah KPU.

Namun demikian, ia yakin bahwa pasangan SBY-Boediono telah dipastikan untuk menjadi calon presiden. Apalagi, hampir semua lembaga survei di Indonesia mencatat prosentase kemenangan bagi SBY itu perbedaannya satu dengan lainnya hanya beda tipis. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009