Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Lingkaran Survey Indonesia (LSI), Denny JA mengatakan, ada enam alasan mengapa Capres Susilo Bambang Yudhoyono pasangan Cawapres Boediono (SBY-Boediono) menang satu putaran, meskipun belum ada keputusan resmi dari KPU.

"Posisi SBY sudah sangat kuat sebelum kampanye dimulai dengan persentase 63,1 persen," kata Denny dalam keterangan persnya di Jakarta, Rabu.

Kuatnya posisi SBY-Boediono sebelum kampanye tersebut, kemungkinan karena pengaruh eforia politik atas kemenangan Partai Demokrat pada Pemilu legislatif 9 April.

Saat bersamaan SBY juga sebagai pembina partai Demokrat, sementara survei dilakukan LSI pada Juni atau satu bulan sesudah pemilu legislatif dilaksanakan.

Popularitas Mega-Prabowo sebelum kampanye persentasenya hanya 16,4 persen. JK-Wiranto 5,9 persen. Urutan posisi tersebut terus berlanjut hingga hari "H" pelaksanaan Pilpres, meskipun terdapat perubahan dimana posisi SBY-Boediono terkoreksi minus 3 persen.

Pasca kampanye, posisi JK-Wiranto menurut LSI justru menguat 7 persen dari sebelum kampanye hanya 5,9 persen naik menjadi 12,55 persen saat hari pelaksanaan Pilpres.

Demikian halnya Mega-Prabowo juga naik hingga 11 persen, yang sebelum kampanye hanya 16,4 persen, naik menjadi 27,27 persen.

"Tapi kenaikan tersebut tidak signifikan untuk menuju Pilpres dua putaran," kata Denny.

Menguatnya posisi Mega-Prabowo karena didongkrak oleh sosok Prabowo. Mantan Danjen Kopasus itu dinilai tampil lebih segar dan energik. Namun sayangnya dia hanya berada di posisi wakil sehingga tidak begitu besar pengaruhnya.

Sementara JK-Wiranto posisinya terdongkrak antara lain karena isu etnis yang pernah dilontarkan tim sukses SBY-Boediono.

Alasan lainnya sehingga SBY-Boediono kuat, karena sosok SBY itu sendiri yang sangat disukai sehingga sulit digoyahkan pada saat kampanye.

Hasil survei Juni 2009 LSI menyebutkan, 99 persen SBY dikenal dan sukai dan dianggap pantas jadi pemimpin. Sementara Megawati 98,3 persen dan Jusuf Kalla 95,1 persen.

Hal yang tidak kalah pentingnya menurut Denny, menguatnya dukungan ke SBY karena publik umumnya puas dengan kondisi hidupnya di berbagai sektor. Kondisi ini katanya menguntungkan incumbent.

"Publik umumnya puas dengan kinerja SBY sebagai presiden," kata Denny.

Kekuatan isu yang dipegang SBY paling besar yakni pemberantasan korupsi. Hingga akhir Juni dukungan kepada SBY terkait dengan pemberantasan korupsi tersebut mencapai 66,9 persen.

Fokus isu lainnya adalah penanganan biaya pendidikan, masalah sosial, penanganan bencana alam, penanganan masalah bahan bakar minyak (BBM), serta masalah kenaikan harga sembako.

Kecuali penanganan masalah tenaga kerja atau pengangguran SBY justru minus 6,9 persen. Survei awal Juni penanganan masalah pengangguran dinilai masih membaik dengan persentase 38 persen. Namun terus menurun dan anjlok hingga minus di akhir Juni.

Berhasilnya SBY-Boediono terpilih sebagai Pilpres satu putaran versi LSI karena mayoritas publik menghendaki satu putaran. Dukungan ini mencapai 85,9 persen dengan alasan supaya biaya penyelenggaraan Pemilu dapat dihemat.

Sementara yang menginginkan Pilpres dua putaran hanya 7,1 persen, dan yang tidak tahu sebesar 7,1 persen. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009