Medan (ANTARA News) - Indonesia, Malaysia dan Thailand masih sepakat untuk tetap melakukan pengurangan ekspor karet alamnya meski harga mulai bergerak naik lagi pekan ini atau menjadi 165, 50 dolar AS per metrik ton pada penutupan di Singapura Commodity Exchange (SICOM) 20 Juli lalu.

"Tiga negara masih sepakat untuk tetap menjalankan kebijakan dari hasil sidang ITRC (Internasional, Tripartite Rubber Council,red) ke 14 yang digelar di Bogor, 12-13 Desember 2008. Meski harga sudah bergerak naik lagi," kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), Daud Husni Bastari, yang dihubungi dari Medan, Selasa.

Dalam pertemuan di Bogor tahun lalu, ekspor karet dikurangi sebesar 915.000 ton karet pada tahun 2009, dimana sebanyak 700 ribu ton dilakukan melalui program Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dan 215 ribu ton terkait percepatan kebijakan penanaman kembali melalui supply management Scheme (SMS).

Pengurangan ekspor itu sendiri dilakukan karena melihat permintaan yang menurun akibat adanya resesi ekonomi global yang berdampak juga pada tertekannya harga jual dimana harga sempat menyentuh 102 Dolar AS per ton pada akhir 2008.

Eksportir juga diminta tidak menjual karet itu kalau harga di bawah 1,35 dolar AS per kg.

Harga ekspor karet yang naik itu mulai terjadi lagi sejak tanggal 9 Juli dengan harga 152,50 dolar AS per metrik ton dari harga tanggal 8 Juli yang masih 151,50 dolar AS per metrik ton.

Harga itu terus naik atau menjadi 155,50 dolar AS pada 15 Juli dan tanggal 20 Juli ditutup sebesar 165,50 dolar AS per metrik ton.

Menurut Bastari, kenaikan harga karet di pasar internasional itu dipicu masih ketatnya lagi pasokan dari tiga negara produsen utama akibat musim kering atau gugur daun yang masih berlangsung.

"Ada prakiraan harga naik terus, jadi sudah sewajarnya eksportir juga menjaga sikap dengan tidak menjual secara jor-joran yang bisa menimbulkan tekanan harga kembali," katanya.

Gapkindo sendiri juga sudah mewanti-wanti agar tidak melakukan penjualan dalam posisi short (pendek), guna menghindari spekulasi dari para spekulan.

Sementara itu, pengamatan di Medan, meski harga ekspor mulai naik, harga bahan olah karet ( bokar) di pabrikan masih bertahan stabil atau Rp13.000 hingga Rp13.500 per kg.

"Memang belum ada penetapan harga baru karena Gapkindo masih melihat kondisi harga dalam beberapa waktu lagi," kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah.

Masih tetapnya harga di pabrikan juga membuat harga di petani stabil pada posisi Rp6 ribuan per kg meski permintaan dari pedagang semakin banyak.

"Pedagang sudah mulai dibanjiri permintaan dari pabrikan yang mengaku sudah mulai melepas stok. Lumayanlah, uang bisa jadi berputar," kata M Harahap, pedagang karet di Sumut.

Data di Gapkindo mengungkapkan, ekspor karet Sumut pada kwartal pertama tahun ini menurun sebesar 27,63 persen dibandingkan periode sama 2008.

Kwartal pertama 2009, volume ekspor SIR 20 Sumut tinggal 131.016 ton dari periode sama 2008 yang sudah 181.042 ton.

Kepala BPS Sumut, Alimuddin Sidabalok menyebutkan, tidak hanya ekspor karet alam yang turun, tapi juga barang dari karet.

Pada kwartal I 2009, ekspor karet dan barang dari karet anjlok 54,97 persen dibandingkan periode sama tahun 2008 atau tinggal 299,15 juta dolar AS.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009