Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Taliban hari Kamis membantah klaim bahwa Maulana Fazlullah, pemimpin pemberontakan di Lembah Swat, Pakistan, terluka, dan mereka berjanji mengobarkan jihad baru.

Pakistan pada 8 Juli menyatakan memperoleh informasi "terpercaya" bahwa Fazlullah cedera selama ofensif untuk menumpas militan Taliban yang berperang selama dua tahun untuk memberlakukan hukum Islam di Lembah Swat, Pakistan baratlaut.

"Pemimpin Taliban Fazlullah masih hidup, sehat dan tidak pernah terluka," kata jurubicara Muslim Khan kepada AFP melalui telefon dari sebuah lokasi yang dirahasiakan.

Klaim-klaim yang disampaikan oleh militer ataupun Taliban itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

Sebagai arsitek pemberontakan yang menandai satu masa dimana sebuah distrik yang berada di bawah pemerintahan Pakistan jatuh ke tangan Taliban, Fazlullah diburu dengan iming-iming hadiah 50 juta rupee (615.000 dolar).

Ia memimpin ribuan pendukungnya melawan pasukan pemerintah sejak November 2007.

"Semua pemimpin Taliban di Swat masih hidup dan bersembunyi dengan sebuah strategi. Kami akan melanjutkan jihad sampai hukum sharia Islam ditegakkan," kata jurubicara Taliban itu kepada AFP pada Kamis.

"Tank-tank dan meriam angkatan darat tidak bisa mencegah kami mencapai tujuan kami," tambahnya.

Khan adalah jurubicara utama Fazlullah namun bersembunyi bersama para pemimpin lain Taliban ketika ofensif militer itu dimulai.

Ia termasuk dalam daftar 16 komandan Taliban paling diburu, dan pemerintah Pakistan menjanjikan hadiah 10 juta rupee bagi penangkapannya.

Jurubicara militer Mayjen Athar Abbas mengatakan kepada AFP, ia belum mengetahui pernyataan dari Khan dan menolak memberikan tanggapan langsung.

Militer meluncurkan ofensif setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Pakistan menyatakan, lebih dari 1.800 militan dan 166 personel keamanan tewas, namun jumlah kematian itu tidak bisa dikonfirmasi secara independen.

AS mendukung ofensif militer Pakistan terhadap Taliban di Lembah Swat dan daerah-daerah baratlaut sekitarnya, yang diluncurkan pada akhir April setelah serangan-serangan sebelumnya yang menterlantarkan 1,9 juta orang.

Gerilyawan Islamis, yang sangat menentang aliansi Pakistan dengan AS yang memerangi pemberontakan Taliban di Afghanistan, melancarkan serangan setiap hari di wilayah baratlaut.

Bentrokan-bentrokan baru mematikan di Lembah Swat telah menyulut kekhawatiran mengenai memburuknya keamanan ketika pemerintah memulangkan lebih dari 2.300 keluarga yang mengungsi akibat ofensif militer belum lama ini.

Daerah suku Pakistan, khususnya Lembah Swat, dilanda konflik antara pasukan pemerintah dan militan Taliban dalam beberapa waktu terakhir ini.

Sekitar 1.800 militan dikabarkan tewas dalam ofensif yang diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian menjadi markas kelompok Taliban.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan ulama garis keras pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Para pejabat PBB mengatakan, sekitar 2,4 juta orang mengungsi akibat pertempuran itu -- sebuah eksodus yang menurut kelompok-kelompok hak asasi merupakan perpindahan terbesar penduduk di Pakistan sejak negara itu terpisah dari India pada 1947.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009