Jakarta (ANTARA News) - Ketua Gabungan Asosiasi Produsen Makanan dan Minuman Indonesia(Gapmmi) Thomas Dharmawan mengatakan pemilik toko makanan di Jawa Timur (Jatim) enggan berjualan karena ketatnya pengawasan oleh aparat berkompeten.

"Saya saat di Surabaya, Jatim, awal pekan ini para anggota Gapmmi di sana menyatakan keluhan tersebut berkaitan pengawasan terhadap barang impor yang kini dibatasi pemerintah," katanya di Jakarta,Minggu.

Thomas mengatakan pengawasan yang merupakan kegiatan rutin oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan(BPOM), Penyidik Pengawai Negeri Sipil(PPNS) Dinas Perindusrian dan Perdagangan perlu lebih bijaksana agar tidak menimbulkan rasa takut berjualan pemilik toko makanan.

"Saya khawatir karena enggan berjualan berdampak terhadap penyaluran makanan berkurang sehingga mengakibatkan harga melonjak sehingga perlu disikapi bijaksana pemerintah Jatim," ujarnya.

Apalagi, pasokan makanan ke Jatim saat ini kurang lancar sehubungan rusaknya jembatan di Sukabumi, Jawa Barat.

"Saya telah mengimbau Gapmmi Jatim agar mengkoordinasikan masalah tersebut dengan pemerintah

setempat agar tidak menimbulkan keresahan masyarakat menjelang pelaksanaan Bulan Suci Ramadhan," kata Thomas.

Disinggung soal kegiatan "cuci gudang", ia menjelaskan, para anggotanya telah diingatkan agar tidak menjual barang kadaluarsa dengan memanfaatkan tingginya kebutuhan konsumen.

"Kami mematuhi ketentuan tersebut dengan harapan pihak `berwajib` tidak hanya `main` sita. Sedangkan pedagang saat ini membutuhkan pembinaan berkaitan dengan pembatasan barang impor,"ujarnya.

Pengawasan melalui operasi menjelang dan puncak pelaksaan ibadah Puasa, menurut Thomas, hendaknya jangan menjadi kegiatan rutin dari proyek pihak berkompoten.

"Pembinaan melalui pelatihan saat ini dibutuhkan para pedagang untuk mengetahui perkembangan pasar global sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ditargetkan di atas 6 persen," kata Thomas Dharmawan.

Sebelumnya Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengingatkan kegiatan "cuci gudang" menjelang pelaksanaan Bulan Suci Ramadhan harus diwaspadai konsumen, karena sering barang kadaluwarsa dijual.

"Distributor dan pedagang sering memanfaatkan tingginya permintaan barang oleh masyarakat menjelang ibadah puasa, jadi perlu diwaspadai penjualan produk yang kadaluwarsa," kata Indah Suksmaningsih dari YLKI.

Pihak produsen, katanya, berkewajiban saat "cuci gudang" perlu menginformasikan kepada konsumen bahwa barang yang dijual mendekati batas waktu kadaluwarsa.

"Terserah konsumen mau membeli barang tersebut atau tidak, hanya saja itu kewajiban yang harus dipatuhi produsen agar tidak menimbulkan keresahan bagi masyarakat, terutama umat Islam menjelang pelaksanaan ibadah puasa," ujar Indah Suksmaningsih.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009