Kupang,  (ANTARA News) - Empat dari 18 imigran gelap asal Afghanistan, Pakistan dan Myanmar dilaporkan tewas ketika sebuah perahu yang mereka tumpangi untuk menyeberang ke Australia, tenggelam di Selat Pukuafu pada Rabu (14/1) malam).

"Mereka ditemukan tewas terapung di wilayah perairan sekitar Selat Pukuafu oleh aparat Polairud Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tengah melakukan penyisiran pada saat itu," kata Wakil Kepala Rumah Tahanan Imigrasi NTT, Benyamin Tulasi kepada ANTARA, Kamis.

Sementara itu, lima imigran asal Afghanistan sampai sejauh ini belum diketahui nasibnya. Aparat Polairud Polda NTT masih terus melakukan pencarian dan penyisiran di wilayah perairan sekitarnya serta pantai-pantai yang tak jauh dari lokasi kejadian.

Sebanyak 18 imigran gelap asal Afghanistan, Pakistan dan Myanmar ini kabur dari rumah tahanan Imigrasi NTT di Kupang pada Rabu (14/1) dini hari sekitar pukul 02.30 Wita setelah melumpuhkan tiga orang penjaga malam yang bertugas pada saat itu.

Para penjaga malam dihajar babak belur sampai akhirnya diikat dengan gorden serta sobekan kain dari bendera Merah Putih pada bagian kaki dan tangan serta membekap mulut mereka dan memutus jaringan telepon di ruang jaga.

Mereka terlebih dahulu memadamkan lampu dalam komplek rumah tahanan Imigrasi itu kemudian melancarkan aksi brutalnya dan menyerang seorang imigran asal Myanmar, Abdul Mutalib yang turut membantu petugas jaga pada saat itu karena sikapnya tidak mau keluar dari rumah tahanan itu.

Mereka kemudian dijemput oleh sebuah mobil L300 di depan rumah tahanan tersebut yang diduga kuat adalah kelompok mafia imigran gelap yang ada di Kupang.

Tulasi menjelaskan, para imigran yang kabur itu kemudian menyewa sebuah perahu milik nelayan setempat untuk menyeberang ke Australia secara ilegal.

Namun, ketika memasuki Selat Pukuafu antara Pulau Timor, Pulau Semau dan Pulau Rote, perahu berukuran panjang 11 meter dengan lebar 3,5 meter itu pecah dihantam gelombang dan tenggelam pada saat itu.

Tiga orang imigran asal Afghanistan dan seorang lainnya asal Pakistan tewas pada saat itu karena diduga tidak bisa berenang.

Lima orang imigran asal Myanmar berhasil berenang mencapai daratan terdekat, sementara empat imigran asal Afghanistan, seorang di antaranya ditemukan terdampar di Pantai Air China Kupang Barat dan tiga orang lainnya terdampar di Pulau Semau setelah mendapat pertolongan dari nelayan setempat.

Nahkoda perahu sewaan itu, Nasir Pello asal Kupang juga selamat dalam kecelakaan laut dari perahu yang dikemudikannya itu.

Mayat tiga imigran asal Afghanistan serta seorang lainnya Pakistan itu masih tersimpan di pemulasaran jenazah RSUD Prof WZ Yohannes Kupang.

"Kami sudah menyurati pihak Kedubes Afghanistan dan Pakistan di Jakarta soal pemakaman jenazah para imigran tersebut. Kami tidak memiliki otoritas untuk menguburkan mereka sebelum ada jawaban resmi dari pihak kedutaannya masing-masing," kata Tulas(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009