Washington,(ANTARA News) - Presiden Bank Dunia Robert Zoellick akan mengunjungi Afrika pekan depan untuk memacu dukungan keuangan bagi benua termiskin di dunia itu, di tengah krisis ekonomi global, bank mengatakan Kamis.

Zoellick dijadwalkan mengunjungi Republik Demokratik Kongo, dan Rwanda dan Uganda untuk melihat penanganan pertama beberapa kerusakan akibat kemerotaan keuangan yang timbul di negara ketiga di kawasan "Great Lakes" Afrika dan mendorong investor serta donor untuk meningkatkan aliran keuangannya ke Afrika, bank pemberi pinjaman pembangunan ynag berbasis di Washington mengatakan dalam sebuah pernyataan.

"Beberapa kenaikan terbesar dalam memerangi kemiskinan di Afrika dapat dilakukan jika investor dan donor meningkatkan dukungannya untuk pertanian, membantu Afrika mencapai swasembada pangan, sambil meningkatkan pendapatan pedesaan dan memfasilitasi pemasaran pasca panen, konservasi dan pengolahan pertanian," ujar Zoellick.

Zoellick yang akan tiba di Kinshasha, Minggu, Herbert Boh seorang pejabat Bank Dunia mengatakan kepada AFP. Dia akan melakukan perjalanan ke Rwanda pada hari Selasa dan meninggalkan negara itu Rabu untuk kunjungan satu hari di Uganda.

Bank beranggotakan 186-negara itu menekankan bahwa ada peluang di negara-negara Afrika yang "masih terperosok, atau muncul dari konflik, seperti Kongo, negara pasca genosida seperti Rwanda, dan negara-negara relatif stabil seperti Uganda."

Zoellick mengatakan, yang paling mendesak diperlukan pendanan bantuan Afrika dalam berbagai cara, termasuk perluasan pangsa dari perdagangan global dan intra-Afrika, mencegah konflik bersenjata, dan membangun infrastruktur penting untuk meningkatkan produksi dan industrialisasi.

International Development Association Bank Dunia memberikan hibah dan pinjaman berbunga rendah kepada 79 negara-negara termiskin di dunia, setengahnya dari Afrika.

Unit lain dari bank, International Finance Corporation, menyediakan investasi dan layanan untuk mendukung sektor swasta di negara-negara berkembang.

Komitmennya di Afrika meningkat 1,82 miliar dolar AS dalam tahun fiskal 2009 yang berakhir 30 Juni, dari 445 juta dolar AS selama tiga tahun lalu, kata Bank Dunia, demikian dikutip dari AFP.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009