Washington (ANTARA News/Reuters) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Rabu WIIB, mengatakan ia melihat tanda-tanda yang melegakan bahwa perlawanan Israel bagi imbauannya untuk membekukan pembangunan permukiman di Tepi Barat melemah.

Selasa pagi waktu setempat (Rabu waktu Indonesia), seorang menteri pemerintah Israel mengatakan tidak ada penawaran dikeluarkan bagi proyek-proyek perumahan baru di permukiman-permukiman sejak PM Benjamin Netanyahu berkuasa lima bulan lalu.

Netanyahu menolak desakan Obama bagi pembekuan total dan jalan buntu itu telah menimbulkan perpecahan paling serius dalam hubungan AS-Israel dalam satu dasawarsa.

Presiden Palestina Mahmud Abbas mengatakan ia tidak akan memulai kembali perundingan perdamaian dengan Israel sampai negara itu menghentikan penambahan rumah di permukiman-permukimannya.

"Ada gerakan pada jalan yang benar," kata Obama ketika ditanya tentang perkembangan terbaru setelah berembuk dengan Presiden Mesir Hosni Mubarak, 81 tahun di Gedung Putih.

Walaupun Netanyahu tampaknya berusaha menenangkan Washington, kelompok "Perdamaian Sekarang" yang anti permukiman Israel mengatakan pembangunan terus dilakukan untuk 1.100 unit rumah.

"Harapan saya adalah bahwa kita akan melihat tidak hanya usaha dari Israel, tetapi juga dari Palestina sekitar masalah-masalah hasutan dan keamanan, dari negara-negara Arab yang menunjukkan kesediaan mereka untuk berunding dengan Israel," kata Obama.

Kedua pemimpin itu, yang bertemu untuk ketiga kalinya dalam beberapa bulan, membicarakan bagaimana mempercepat proses perdamaian yang macet itu, satu prioritas kebijakan luar negeri penting bagi Obama sejak memangku jabatan.

Kemunculan pemerintah Israel yang berhaluan keras dan pertikaian di kalangan Palestina telah menghambat usaha-usahanya itu.

Ini adalah kunjungan pertama Mubarak ke AS sejak tahun 2004. Ia tetap tidak senang dengan imbauan mantan Presiden George W.Bush bagi demokrasi di dunia Arab dan kecaman pemerintahnya terhadap hak asasi manusia di Mesir.

Mubarak mengatakan perbedaan-perbedaan dengan bekas pemerintah Bush itu tidak melukai hubungan dengan Washington, yang tetap mengirim bantuan langsung 1,5 miliar dolar setiap tahun kepada sekutunya itu, yang membuat Kairo adalah salah satu penerima bantuan utama AS.

Kunjugan itu dilakukan saat pemerintah Obama mendesak negara-negara Arab moderat melakukan langkah-langkah damai yang dapat mendorong Israel membekukan pembangunan permukiman.

Akan tetapi Mubarak menyatakan tindakan itu hanya ada setelah Israel memulai kembali dialog.

"Jika perundingan dimulai ini akan membawa negara-negara Arab mendukung proses perdamaian dan mendorongnya," katanya.

Negara-negara Arab meletakkan tanggung jawab itu pada Israel untuk menghidupkan kembali proses perdamaian, sementara Israel mengatakan Palestina dan negara-negara Arab harus terlebih dulu memajukan proses perdamaian itu.

"Siapapun akan memiliki risiko," kata Obama.

Obama mengatakan ia lega dengan apa yang dilihatnya di Tepi Barat, tempat pasukan keamanan Palestina "menguasai situasi dengan baik." Pemerintah Otonomi Palestina yang dipimpin Abbas menguasai Tepi Barat, sementara kelompok Hamas, yang bersumpah akan menghancurkan Israel, menguasai Jalur Gaza.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengharapkan Obama mendesak Mubarak bagi reformasi yang demokratis.

Mubarak mengatakan ia mengemukakan kepada Obama "dengan sangat terus terang dan bersahabat" ia melakukan kampanye pemilu berdasarkan satu rencana reformasi dan mulai melaksanakan perubahan. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009