Jakarta (ANTARA News) - PT Wjaya Karya Tbk, (BEI: WIKA) BUMN jasa konstruksi, berhasil mengantongi pekerjaan proyek-proyek pembangkit Rp2,7 triliun dengan kapasitas total 3.950 MW.

"PLTU2 Banten Labuan salah satu dari tujuh proyek pembangkit yang akan beroperasi secara komersial September 2009," kata Sekretaris Perusahaan WIKA, Natal Argawan di Jakarta, Minggu.

PLTU2 Banten Labuan, WIKA mendapat pekerjaan untuk sipil dan arsitektur Rp398 miliar, serta pembangunan dermaga batubara (jetty marine work) Rp402 miliar, sehingga untuk proyek ini WIKA mengantongi Rp800 miliar, jelas Natal.

Menurut Manajer Proyek PLTU2 Banten Labuan, Eko Susilo Prayitno, pembangunan proyek ini sudah memasuki tahap akhir 99,5 persen, tahap I 300 MW beroperasi September 2009 dan tahap II 300 MW beroperasi Desember 2009.

Pembangunan proyek ini menyerap 1.500 tenaga kerja saat puncak (peak), sehingga memberi dampak ikutan (multiplier effect) terhadap ekonomi bank menjadi hidup, tumbuhnya warung makanan, termasuk kost-kostan, jelasnya.

Persoalannya. karena pembangunan PLTU membutuhkan keahlian khusus tidak dapat melibatkan tenaga kerja lokal, sebagian besar didatangkan dari luar Banten, tenaga kerja lokal hanya dilibatkan dalam pengadaan barang, ungkap Eko.

Pendapatan dari proyek energi termasuk PLTU2 Banten Labuan pada Semester I mencapai Rp431 miliar atau 15 persen dari total pendapatan Rp2,9 triliun. Merupakan penyumbang nomor dua terbesar setelah General Contractor.

Terbesar pendapatan WIKA berasal pekerjaan General Contractor, baik di dalam maupun luar negeri Rp660 miliar (23 persen), kata Natal.

WIKA pada Semester I 2009 berhasil membukukan laba bersih Rp93 miliar atau naik 51 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp62 miliar. Perolehan Laba Bersih sudah 53,1 persen target laba bersih manajemen.

Keberhasilan meraih laba bersih ditopang pendapatan perseroan Rp2,97 triliun, sudah mencapai 40 persen dari target. "Pendapatan kami biasanya akan meningkat menjelang akhir-akhir tahun atau pada Semester II tahun 2009," kata Natal.

Peningkatan margin laba kotor perseroan sebesar 37 persen dari 6,13 persen menjadi 8,4 persen telah menghitung pajak penghasilan (PPh) final atas jasa konstruksi Rp54,9 miliar yang diberlakukan tahun 2008, kata Natal menjelaskan. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009