New York (ANTARA News) - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menangani kesehatan dunia, WHO, melaporkan hingga kini setidaknya sudah 2.837 orang di seluruh dunia meninggal karena influenza yang disebabkan virus A H1N1 --atau yang sebelumnya disebut "flu babi".

Markas Besar PBB di New York, Jumat, mengutip keterangan pers yang diberikan pejabat WHO Gregory Hartl di Jenewa, Swiss, bahwa flu babi masih menjadi virus influensa utama yang berjangkit di belahan bumi bagian utara dan selatan.

Gregory Hartl mengatakan kasus flu babi yang telah dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium setidaknya terjadi pada 254.000 manusia.

Ia menambahkan, jumlah kasus tersebut masih jauh di bawah jumlah sebenarnya.

"Karena virus menyebar begitu luas di berbagai belahan dunia ini, sayangnya memang diperkirakan bahwa akan ada korban-korban meninggal lainnya karena meningkatnya kasus dan kematian (akibat flu babi, red)," katanya.

Namun Hartl mengatakan tidak ada indikasi bahwa virus tersebut bermutasi atau berubah bentuknya.

Menurut data terakhir yang dikeluarkan WHO, wilayah tropis di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, yaitu India, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Kamboja, Sri Lanka dan Indonesia masih mengalami penularan flu secara geografis.

Banyak negara di kawasan-kawasan tersebut melaporkan adanya peningkatan atau masih tingginya kasus penyakit yang berhubungan dengan pernafasan.

Beberapa negara, termasuk Thailand dan Brunei Darussalam, sudah mulai melaporkan pengurangan kasus tersebut.

Banyak negara bersuhu sedang di bagian selatan seperti Chile, Argentina, Australia dan Selandia Baru, telah melewati puncak berjangkitnya flu pada musim dingin.

Sementara itu, WHO mencatat kasus flu itu masih terus terjadi di Afrika Selatan serta Australia bagian barat dan selatan.

Di Kanada dan Amerika Serikat, secara umum kasus flu masih tergolong rendah namun peningkatan kasus sedang terjadi di wilayah AS bagian selatan, demikian menurut WHO. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009