Ambon (ANTARA News) - Pengamat hukum dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, George Lease, mengingatkan jajaran Polri harus mewaspadai sepak terjang para "Noordin M Top junior" setelah buronan kasus teroris di Indonesia selama sembilan tahun terakhir tewas dalam penangkapan di Solo,Jawa Tengah, Kamis.

"Ini keberhasilan yang patut `dianjungi jempol`, hanya saja selama sembilan tahun dia pasti telah mendidik "Noordin M Top junior" dengan militansi terorisme lebih sadis sehingga harus diwaspadai," katanya ketika dimintai tanggapan ANTARA News di Ambon, Kamis malam.

George yang Dekan Fakultas Hukum Unpatti Ambon itu mengingatkan aksi terorisme ini bagaikan "gunung es" sehingga Noordin M Top boleh tewas, tapi pengikutnya dengan penggemblengan selama sembilan tahun pasti `antre", selanjutnya siap beraksi setelah menjalani pendidikan dari buronan selama sembilan tahun terakhir.

"Saya perlu ingatkan karena `pengikutnya` dikhawatirkan lebih berbahaya sepak terjangnya dari teroris asal Malaysia tersebut," ujarnya.

George juga tidak menerima aksi teroris yang dilakukan Noordin dalam kapasitasnya sebagai warga negara asing dari Malaysia.

"Ini sebenarnya `penghinaan` bagi Indonesia karena membiarkan warga negara asing memporakporanda ketentraman tanah air, apalagi dia berhasil merekrut sejumlah pengikut dengan militansi tinggi sehingga telah merengut banyak korban jiwa, termasuk harta benda," katanya.

jangan salah
George memandang perlu juga agar hasil otopsi yang menguatkan Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso menyatakan Noordin M Top telah tewas itu jangan lagi salah sebagaimana pernyataan lalu.

"Polri harus memiliki data dan fakta akurat yang menjamin bahwa yang tewas itu benar - benar Noordin M Top sehingga tidak terjadi kesalahan sebagaimana penggebrekan di Jateng, beberapa waktu lalu," ujarnya.

George memberikan penghargaan istimewa bagi Polri sekiranya dalam kurun waktu 1 X 24 jam ternyata buron yang tewas itu benar-benar teroris Noordin M Top.

"Keberhasilan ini harus diapresiakan bagi Polri yang telah menunjukkan kinerja optimal guna menangkap Noordin M Top karena aksinya mengakibatkan Indonesia sering mendapat sorotan `negatif` dari dunia internasional," katanya.

Sebelumnya Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri menyatakan, pihaknya memastikan buronan berbagai kasus terorisme di Indonesia yang dalam sembilan tahun terakhir diburu telah tewas dalam penangkapan di Solo, Jawa Tengah, Kamis.

Kapolri mengatakan hal itu saat memberikan keterangan pers tentang kronologis penangkapan buronan teroris di Markas Besar Polri, Jakarta, Kamis sore, didampingi Wakapolri Komjen Pol Makbul Padmanegara, Deputi Operasi Irjen Pol SY Wenas dan para petinggi Polri lainnya.

Menurut Kapolri, kepastian bahwa salah satu jenazah yang tewas dalam penangkapan tersebut adalah Noordin M Top diperoleh setelah polisi melihat kecocokan antara data sidik jari Noordin yang dimiliki Polri dengan sidik jari salah satu jenazah.

"Sidik jari Noordin diperoleh dari Kepolisian Diraja Malaysia dicocokkan dengan sidik jari jenazah dan ternyata ada 14 titik kesamaan baik jari kanan maupun kiri," katanya.

Penentuan identifikasi jenazah dengan sidik jari itu, katanya, sudah bisa dipertanggungjawabkan secara yuridis formal.

"Hasil identifikasi menunjukkan dia adalah Noordin M Top, buronan sembilan tahun yang merupakan target utama selama ini," ujarnya.

Kendati identifikasi dengan pencocokan sidik jari telah valid namun Polri tetap melakukan uji DNA (Deoxiribonucleic Acid) yang hasilnya diketahui dalam waktu 20 jam. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009