Jakarta (ANTARA News) - Ketua Badan Pengurus LSM Institut Setara mengatakan, tewasnya gembong teroris Noordin M Top tidak berarti terorisme di Indonesia menjadi lumpuh.

Menurut Hendardi dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Minggu, masih terdapat kader-kader baru yang telah didik dengan cara pandang xenophobia (kebencian terhadap sesuatu hal yang dianggap asing/berbeda) dan pemikiran yang membenarkan tindak kekerasan.

Selain itu, ujar dia, masih terdapat sejumlah orang yang dinyatakan buron yang hingga kini masih belum ditangkap pihak kepolisian, seperti Syaifudin Zuhri bin Djaelani Irsyad alias Syaifudin Jaelani.

Semua hal tersebut, lanjutnya, berpotensi menjadi cikal bakal teror baru di tengah masyarakat.

Ia memaparkan, termasuk dalam kelompok tersebut adalah pihak-pihak yang obsesif untuk mendirikan negara agama.

Berbagai kelompok teror itu memeragakan praktik intoleransi dan kekerasan serta pemahaman Islam yang keliru sehingga harus terus diwaspadai.

Hendardi menegaskan, hal yang perlu diingat adalah Urwah, yang turut tewas dalam penggerebekan polisi, adalah mantan narapidana bom Kedutaan Australia yang gagal memperoleh pembinaan.

Untuk itu, menurut dia, pihak Polri dan lembaga pemasyarakatan harus memberikan perhatian serius pada aspek pembinaan dan pemasyarakatan terhadap kelompok narapidana kasus terorisme.

Ia juga mengingatkan agar keberhasilan Polri, khususnya Densus 88 Anti Teror dalam memburu Nordin M Top, meski harus diapresiasi tetapi tidak boleh membuat Polri dan elemen negara lainnya menjadi terlena karenanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009