Tegucigalpa (ANTARA News/Reuters) - Pemimpin de fakto Honduras Roberto Micheletti mengatakan pada Selasa ia tak mempunyai maksud berkonfrontasi dengan Brazil atau memasuki kedutaan besarnya, tempat mantan presiden Manuel Zelaya, yang terguling, mengungsi guna menghindari penangkapan.

"Kami sama sekali tak akan berkonfrontasi dengan negara lain. Kami ingin mereka memahami bahwa mereka sebaiknya memberi dia suaka politik (di Brazil) atau menyerahkannya kepada penguasa Honduras untuk diadili," kata Micheletti kepada Reuters.

Zelaya, yang digulingkan dalam kudeta Juni, mengakhiri hampir tiga bulan di pengasingan dengan menyusup ke Honduras pada Senin.

Ribuan pendukungnya, yang berkumpul di sekitar kedubes Brazil setelah kepulangannya, dibubarkan ketika polisi dan tentara menembakkan gas air mata ke arah kerumunan. Sebanyak 20 orang menderita cedera dalam insiden itu.

Pasukan keamanan sekarang mengepung kedubes itu.

Pemerintah Brazil dan Amerika Serikat telah memperingatkan Honduras jika memasuki kompleks kedutaan dan melanggar kedaulatan internasional.

Micheletti mengatakan ia tidak akan menyerbu kedubes itu untuk menangkap Zelaya, yang dituding Kongres, pengadilan tinggi dan militer melakukan korupsi dan berusaha melanggar konstitusi agar terpilih kembali dalam pemilihan.

"Kami akan menghormati hukum nasional dan internasional. Jika (Zelaya) ingin tinggal di sana selama 5 atau 10 tahun, kami takkan keberatan," kata Micehletti.

Para serdadu membangunkan Zelaya pada 28 Juni, di bawah todongan senjata di atas pesawat menuju Kosta Rika dalam satu kudeta yang dikecam masyarakat internasional.

Para penentangnya yang konservatif takut Zelaya akan membawa negeri itu ke arah gaya pemerintahan Presiden Venezuela Hugo Chavez.

Sejak penggulingan Zelaya, pemerintahan Micheletti berkuasa menjelang pemilihan yang dijadwalkan November. Para analisis mengatakan pemimpin de fakto itu memiliki kepentingan untuk mengatasi konflik tetapi kepulangan Zelaya yang mengejutkan membuat tekanan baru atas pemerintahan Micheletti guna menghindari bentrokan.

Presiden Kosta Rika Oscar Arias berusaha menengahi krisis politik terburuk Honduras yang telah berlangsung lama dengan merancang persetujuan.

Berdasarkan persetujuan itu, Zelaya diizinkan kembali untuk memimpin hingga menjelang pemilihan. Tapi pemimpin de fakto itu menolak proposal tersebut.

Micheletti menolak seruan internasional untuk berdialog.

"Zelaya takkan pernah kembali menjadi presiden negeri ini," katanya dalam wawancara itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009