Denpasar, (ANTARA News) - Polda Bali menyebar petugas intelijen ke berbagai daerah untuk melakukan "penciuman" dini terhadap kemungkinan masuknya kembali kaum teroris ke pulau yang menjadi pusat kunjungan wisatawan ini.

"Kami sudah sebar petugas intelijen, dengan harapan mereka dapat melakukan deteksi secara dini terhadap kemungkinan adanya penyusupan yang tidak diinginkan ke Pulau Dewata," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Gde Sugianyar, di Denpasar, Rabu.

Seperti yang diungkapkan pihak Mabes Polri bahwa Bali merupakan target utama peledakan bom yang dilancarkan jaringan teroris.

Hal tersebut diketahui polisi setelah berhasil membuka isi laptop milik Noordin M Top yang ditemukan saat penggerebekan di Solo, Jawa Tengah, 17 September lalu.

"Meski dalam penggerebekan itu berhasil menewaskan gembong teroris Noordin M Top, namun jaringan mereka dipastikan masih cukup banyak berkeliaran," katanya.

Bahkan, lanjut Sugianyar, Noordin terungkap telah melakukan kaderisasi yang cukup baik, termasuk dalam memperluas jaringan di sejumlah negara.

Mengingat itu, kata dia, pihaknya telah menyebar petugas intelijen untuk dapat mendeteksi setiap gelagat yang mencurigakan, yang tiba-tiba masuk ke wilayah Bali.

Tidak hanya itu, berbagai petugas keamanan swakarsa, termasuk pengamanan desa adat (pecalang), juga dilibatkan dalam upaya peningkatan kondisi kamtibmas di lingkungan mereka masing-masing, ucapnya.

Kepada warga masyarakat, Kabid Humas mengimbau untuk secepatnya dapat melaporkan bila di wilayah tinggalnya menemukan hal-hal yang merncurigakan.

"Laporkan secepatnya kepada pihak kepolisian terdekat bila menemukan hal yang dinilai kurang beres di lingkungan tempat tinggal warga. Melalui cara itu, petugas akan cepat dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan," katanya.

Dengan demikian, kata Sugianyar, Bali senantiasa akan tetap aman dan nyaman sebagai daerah yang selama ini cukup banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara.

Bali tercatat dua kali dijadikan sasaran peledakan bom kaum teroris, yakni pada 12 Oktober 2002 dengan merenggut 202 nyawa dan sekitar 350 lainnya luka-luka, serta pada 1 Oktober 2005 yang menewaskan 23 korban dan kurang lebih seratus lainnya luka-luka.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009