London (ANTARA News/AFP) - Harga minyak jatuh pada Kamis waktu setempat, sehari setelah "rally" kuat dan karena pengekspor minyak mentah utama Iran mengatakan pihaknya mengadakan pembicaraan "konstruktif" dengan Barat sehubungan program nuklir kontroversial Republik Islam itu.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah "light sweet" untuk pengiriman November turun 1,28 dolar AS menjadi 69,31 dolar AS per barel, sehari setelah melonjak hampir empat dolar menyusul diterimanya dengan baik data ekonomi AS.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November turun 1,25 dolar AS menjadi 67,82 dolar AS per barel di perdagangan London sore hari.

Menteri Luar Negeri Iran Manouchehr Mottaki mengatakan, pembicaraan nuklir antara Iran dan enam negara besar di Jenewa pada Kamis diadakan dalam sebuah suasana "konstruktif".

"Kami menganggap suasanya sebagai salah satu yang konstruktif," katanya kepada konferensi pers di markas PBB.

Perunding nuklir utama Iran bertemu dengan pejabat dari Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Perancis dan Jerman di sebuah villa yang menghadap Danau Jenewa hanya seminggu setelah pengungkapan pabrik kedua pengayaan uranium Iran.

Iran juga melakukan tes rudal pekan ini yang mengatakan bisa menghantam Israel.

Di tengah meluasnya kekhawatiran Barat tentang apakah Iran sedang berusaha untuk membangun sebuah bom nuklir, kekuatan-kekuatan internasional mendesak untuk memberikan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) akses ke situs nuklir rahasia sebelumnya dekat kota suci Qom.

Analis mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan antara Republik Islam dan Barat mengancam mengganggu ekspor minyak melalui Selat Hormuz dekat Iran. Sekitar 25 persen dari pasokan minyak mentah dunia mengalir melalui selat ini.

Sementara itu, Iran memompa sekitar 3,8 juta barel minyak mentah per hari dan merupakan eksportir minyak terbesar ketiga dunia setelah Rusia dan Arab Saudi.

Harga minyak telah melonjak pada Rabu setelah data menunjukkan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat menurun lebih kecil dari yang diperkirakan 0,7 persen pada kuartal kedua.

Angka ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya penurunan 1,0 persen dan lebih kuat daripada perkiraan rata-rata ekonom swasta 1,2 persen penurunan tingkat tahunan.

Laporan ini muncul untuk mengkonfirmasi bahwa perekonomian terbesar dunia itu muncul dari resesi panjang dan rebound dari tergelincir 6,4 persen pada kuartal pertama 2009.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009