New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak "rebound" (berbalik naik) pada Kamis waktu setempat, karena investor mencari perlindungan dalam komoditas di tengah melemahnya dolar AS dan karena harapan pemulihan ekonomi meningkat di Amerika Serikat.

Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah `light sweet` untuk pengiriman November "rally" 2,12 dolar AS menjadi ditutup pada 71,69 dolar AS per barel.

Di London, minyak mentah Bren North Sea untuk penyerahan November naik 2,57 dolar AS menjadi berakhir di 69,77 dolar AS per barel.

Dolar mendekati 12 bulan terendah terhadap euro pada Kamis, karena kepercayaan investor terangkat oleh berita positif korporasi AS, sehingga mereka mencari mata uang yang dipandang berisiko daripada mata uang "safe-haven" greenback.

"Apa yang mungkin, dolar telah berpengaruh besar terhadap harga minyak bumi," kata analis Phil Flynn di PFG Best.

"Harga energi telah memperoleh kembali pijakan hari ini bereaksi terhadap melemahnya dolar AS," kata Mike Fitzpatrick dari MF Global.

Pasar minyak juga mendapat perangsang dari Wall Street, yang mendapat energi dari laporan pendapatan pembuat aluminium Alcoa yang menunjukkan kejutan kembali ke posisi keuntungan dan karena klaim baru tunjangan pengangguran AS turun menjadi ke sembilan bulan terendah.

Laporan penghasilan yang Alcoa, yang pertama dari perusahaan blue-chip AS untuk kuartal ketiga, menawarkan harapan bahwa perusahaan-perusahaan memperoleh kembali kesehatannya karena ekonomi membaik. Pasar Eropa dan pasar Asia juga ditutup lebih tinggi karena para investor menyambut baik berita tersebut.

Sebuah laporan pemerintah AS memberikan tambahan keyakinan pasar, mengatakan jumlah klaim asuransi pengangguran dalam pekan hingga 3 Oktober turun 33.000 menjadi 521.000 dari 554.000 minggu sebelumnya.

Itu jauh lebih lebih rendah dari perkiraan 540.000 oleh sebagian besar ekonom dan tingkat terendah sejak tanggal 3 Januari ketika jumlah klaim baru adalah 488.000.

Harga minyak telah jatuh di bawah 70 dolar Rabu karena pasar berderak disebabkan kenaikan persediaan bahan bakar AS menandai lesunya permintaan di negara konsumen energi terbesar dunia.

Barclays Capital mengatakan dalam sebuah laporan Kamis, bahwa lebih baiknya permintaan dapat membantu mengurangi ketakutan kelebihan pasokan.

"Secara bertahap kondisi permintaan membaik di tengah berlanjutnya pasokan yang sesak akan mempercepat erosi persediaan besar saat ini," katanya.

"Kami masih memperkirakan harga untuk bertransisi secara bertahap ke 70-80 dolar selama bulan depan atau selanjutnya," katanya.

Permintaan minyak telah mengalami penurunan di tengah kemerosotan ekonomi dunia, yang paling parah sejak tahun 1930-an.

Harga minyak jatuh dari tertinggi dalam sejarah lebih dari 147 dolar AS pada Juli 2008 menjadi sekitar 32 dolar pada bulan Desember karena resesi global.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009