Painan, Sumatera Barat (ANTARA News) - Minimnya bantuan, khususnya bahan makanan dan selimut, masih dirasakan korban gempa bumi Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat (Sumbar).

"Bantuan beras dan mie instan sudah ada tiga hari lalu, tapi sekarang sudah mau habis," kata salah seorang warga Kampung Jambak, Farida, di Paninan, Pesisir Selatan, Sabtu.

Ia mengatakan bantuan beras dan satu kardus mie instan yang diberikan di setiap rumah tersebut berasal dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab).

Bantuan lain yang telah ia terima yakni uang Rp250.000 yang berasal dari sumbangan langsung dari seorang warga Padang yang merantau.

Warga Kampung Jambak lainnya, Alius yang baru saja mendapatkan bantuan selimut, tikar, dan tenda yang disalurkan Kepala Kampung mengatakan untuk sementara bantuan bahan makanan belum tersedia.

"Baru sebagian bahan makanan yang datang, seperti gula. Hari ini baru selimut, tikar, tilam, tenda," ujar dia.

Sementara itu Bupati Pesisir Selatan, Nasrul Abit memang membenarkan bantuan yang disalurkan pada korban gempa di daerahnya masih sedikit.

Hal tersebut lebih karena bantuan yang diperoleh dari provinsi masih sedikit. "Tapi begitu bantuan tiba kita pasti langsung menyalurkannya pada warga," ujar dia.

Ia mengatakan telah menyalurkan bantuan ke Kampung Jambak, Painan, berupa 15 kilogram (kg) beras dan satu kardus mie instan untuk satu rumah.

"Kebutuhan itu memang untuk persediaan tiga hari. Selama tanggap darurat, kita akan menanggung kebutuhan pangan warga korban gempa, karena itu bantuan akan terus disalurkan per tiga hari," ujar dia.

Tanggap darurat di Pesisir Selatan sendiri, menurut dia, akan dilakukan selama dua minggu. Namun demikian, ia meminta warga untuk segera melaporkan setiap kekurangan mereka pada Kepala Nagari, agar segera dapat diberikan bantuan.

Data sementara Pemkab Pesisir Selatan, sebanyak 2.400 rumah di wilayah tersebut mengalami rusak berat hingga ringan akibat gempa berkekuatan 7,6 skala Richter yang mengguncang Sumbar, Rabu (30/9).(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009