Kupang (ANTARA News) - Upaya keempat yang dilakukan PTTEP Australasia untuk menyumbat kebocoran minyak di ladang Atlas Barat Montara di Laut Timor yang meledak pada 21 Agustus lalu, tetap saja gagal.

"Upaya penyumbatan keempat dilaksanakan pada Minggu (25/10) namun tidak jadi dilaksanakan, karena operator ladang minyak montara asal Thailand itu belum menemukan peralatan yang tepat untuk menyumbat sumur minyak yang bocor itu," kata pemerhati masalah Laut Timor Ferdi Tanoni di Kupang, Senin.

Ia mengemukakan hal ini setelah menerima laporan dari jaringan Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) di Canberra, Australia tentang kondisi terkini yang dihadapi perusahaan minyak milik mantan PM Thailand Thakshin Shinawatra itu dalam upaya menghentikan kebocoran minyak mentah (crude oil) dari ladang Montara.

Tanoni yang juga Ketua YPTB itu mengatakan, hingga saat ini muntahan minyak mentah itu terus mencemari Laut Timor yang tiap harinya mencapai sekitar 500.000 liter atau sekitar 1.200 barel.

"Upaya penyumbatan itu sudah tiga kali dilakukan oleh PTTEP Australasia, namun tetap saja gagal. Mereka berusaha kembali untuk melakukan penyumbatan, namun tetap saja gagal," ujar penulis buku "Skandal Laut Timor Sebuah Barter Politik Ekonomi Politik Canberra-Jakarta".

Berdasarkan laporan jaringan YPTB dari Canberra, kata mantan agen imigrasi Kedutaan Besar Australia itu, upaya penyumbatan berikutnya akan dilakukan pada Selasa (27/10), sambil mencari sebuah teknologi baru untuk menghentikan bocoran minyak dari ladang Montara.

Mencermati makin buruknya situasi tersebut, ia mengharapkan pemerintah pusat segera mengambil langkah-langkah pencegahan untuk meminimalisir kerugian yang dialami para nelayan dan petani rumput laut yang berada di pesisir selatan Pulau Timor dan Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Sejak akhir Agustus lalu, dampak dari pencemaran itu sudah dirasakan oleh para nelayan di Kupang yang telah menjadikan Laut Timor sebagai sumber kehidupannya. Hasil tangkapan mereka turun drastis," ujarnya.

Demikian pun halnya dengan para petani rumput laut di sepanjang pantai selatan Pulau Rote. Ribuan hektare rumput laut di wilayah itu gagal panen karena sudah tercemar minyak mentah yang berasal dari Laut Timor.

"Saya hanya mengingatkan saja bahwa kejadian pencemaran laut Timor ini bila tidak segera dihentikan maka akan sama bahkan lebih besar dari Bencana Exxon Valdez di Laut Alaska, Amerika Serikat pada tahun 1989," katanya.

"Walaupun sudah 20 tahun kejadian tersebut, dampaknya masih juga dirasakan oleh para nelayan dan masyarakat pesisir di Alaska," katanya menambahkan. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009