Washington (ANTARA News/AFP) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama membentuk satu misi ke China bulan ini untuk meningkatkan hubungan hangat kedua pihak, namun akan tetap bersikap tegas mengenai kebijakan AS mendukung namun tidak mengakui Taiwan, kata seorang pembantunya Jumat.

Namun demikian Jeff Bader, direktur Asia Timur Dewan Pertahanan Nasional Gedung Putih, masih berpura-pura mengenai apakah Washington akan segera mengirimkan banyak senjata ke Taipei.

Dia hanya mengatakan, bahwa `kebijakan kami mengenai penjualan senjata kepada Taiwan tidak berubah.`

Bader menyambut redanya ketegangan dengan China, sejak Taiwan tahu lalu memilih Presiden Ma Ying-jeou sahabat Beijing. Namun mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengubah kebijakan AS.

"Ini adalah daerah di mana kami berusaha, dan berlandaskan kebenaran untuk menstabilkan hubungan, dan kami tidak akan merusak hal itu," kata Bader.

Ia mengatakan, kebijakan AS dipandu oleh Tiga Komunike - di mana AS mengakui Beijing sebagai pemerintah China satu-satunya - di samping Peraturan Hubungan Taiwan.

Berdasarkan peraturan-peraturan itu Kongres menganjurkan AS untuk memberi senjata ke pulau tersebut untuk pertahanan diri.

"Kerjasama itu tak dapat diubah. Kami tidak bermaksud untuk menyinggungnya. Kami tidak akan mengatakan atau melakukan sesuatu yang akan membuat arah kita berbeda," katanya.

China mengalahkan kaum nasionalis yang kemudian melarikan diri ke Taiwan, setelah kalah dalam perang sipil pada tahun 1949.

Komunis China menganggap pulau tersebut adalah provinsinya yang sedang menunggu akan bergabung kembali, dengan paksa jika perlu.

Ma, yang mengakhiri pemerintahan dua dasawarsa para pemimpin yang menginginkan Taiwan terpisah, telah meningkatkan hubungan-hubungan pulau tersebut dengan China, termasuk mempromosikan perdagangan dan pariwisata.

Namun Ma juga mengimbau Washington agar menjual persenjataan mereka, termasuk pesawat-pesawat jet tempuir F-16, untuk memodernisasi peralatan militer Taiwan yang telah tua.

Pemerintah Obama telah memberikan tengara bagi penjualan senjata tersebut.

China mengubah sikap militernya setelah bekas presiden George W. Bush tahun lalu mengusulkan paket senjata senilai 6,5 miliar dolar kepada Taiwan, namun tak termasuk pesawat F-16.(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009