Semarang (ANTARA News) - Antropolog Universitas Diponegoro Semarang, Agus Maladi Irianto menilai, nilai-nilai kepahlawanan harus direvitalisasi agar sesuai dengan konteks permasalahan yang dihadapi saat ini.

"Makna kepahlawanan saat ini tidak dapat lagi dipahami dalam konteks perjuangan fisik seperti yang dilakukan para pejuang di zaman penjajahan dulu, namun harus disesuaikan dengan konteks sekarang," katanya di Semarang, Selasa.

Ia mengatakan, saat ini makna kepahlawanan lebih tepat diberikan kepada orang-orang yang memiliki kreativitas dan daya saing tinggi yang berjasa besar bagi pembangunan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

"Ukuran kreativitas bagi pahlawan tersebut seharusnya dapat diterapkan untuk segala bidang, termasuk musik dan berbagai hal yang menjadi bagian dari kreativitas yang dimiliki dan dihasilkannya," katanya.

Menurut dia, pahlawan sebenarnya juga lahir dari spontanitas yang bersifat tiba-tiba dan diciptakan oleh suatu keadaan, sebab tidak akan ada orang yang memiliki cita-cita ingin menjadi pahlawan.

"Pahlawan adalah orang yang berjuang tanpa pamrih, kalau ada orang yang bercita-cita ingin menjadi pahlawan, maka dia melakukan sesuatu karena tujuan tersebut dan itu sama dengan pamrih," katanya.

Berkaitan dengan pahlawan diciptakan dan ditentukan oleh keadaan, ia mencontohkan, peristiwa Trisakti ketika reformasi tahun 1998, saat itu banyak pihak dari berbagai elemen yang menyuarakan reformasi.

"Namun, kebetulan ada beberapa mahasiswa Trisakti yang tertembak saat menggelar demonstrasi yang berujung kerusuhan, sehingga mereka kemudian dijadikan sebagai pahlawan pejuang reformasi," katanya.

Hal itu juga terjadi pada sekitar tahun 1960, ketika itu banyak juga pihak dari berbagai elemen yang melakukan demonstrasi menyuarakan Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera), namun Arief Rahman Hakim yang tertembak.

Ia mengakui, nilai-nilai kepahlawanan saat ini memang sudah luntur dibandingkan dengan nilai kepahlawanan yang dicontohkan para pejuang yang berani mengorbankan jiwa dan raga mereka untuk berjuang.

Akan tetapi, kata dia, apabila dikaitkan dengan zaman sekarang yang berbeda jauh dengan zaman perjuangan, nilai-nilai kepahlawanan yang telah direvitalisasi dengan konteks sekarang sebenarnya masih ada.

"Selain itu, peran media juga sangat besar dalam menentukan sosok pahlawan, sebab media mampu mengintervensi luar biasa dan membentuk opini masyarakat, termasuk menentukan kebenaran dan kesalahan," kata Agus.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009