Yogyakarta (ANTARA News) - Indonesia harus memperjuangkan kepentingan politik lingkungan yang dimilikinya dalam konferensi lingkungan di Kopenhagen, Denmark pada 7-18 Desember 2009, kata pengamat hubungan internasional dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Adde Marup Wirasenjaya.

"Kepentingan politik lingkungan yang harus diperjuangkan di antaranya Indonesia harus memastikan komitmen negara maju dalam kesepakatan konferensi sebelumnya," katanya di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, meskipun di media massa Presiden Amerika Serikat (AS) Barrack Obama mengatakan industrialisasi AS akan menurunkan emisi dan menggunakan green technology dalam produksinya, perkataan Obama itu belum bisa dibuktikan, karena tekanan dari pemilik industri terhadap Obama sangat kuat.

Kepentingan politik lingkungan yang juga harus diperjuangkan Indonesia adalah tidak ada negara yang memiliki hegemoni kuat dalam isu lingkungan. Dalam usaha pemulihan lingkungan seperti jual beli karbon, negara berkembang yang notabene merupakan paru-paru dunia dan negara maju yang memiliki uang untuk membiayai konversi memiliki bargaining power yang sama.

"Dengan demikian, akan sulit untuk saling menguasai. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu melihat peluang tersebut," katanya.

Ia mengatakan, Indonesia memiliki hutan untuk dikonversi atau diperbaiki, berarti Indonesia memiliki bargaining power yang kuat dalam jual beli karbon baik dilihat dari segi lingkungan maupun dari segi ekonomi.

"Dalam konteks itu bagaimana Indonesia bisa membumikan isu lingkungan ke dalam ruang negosiasi politik baru dalam forum internasional tersebut," katanya.

Ia mengatakan, delegasi yang akan mewakili Indonesia diharapkan adalah orang-orang yang paham secara teknis masalah lingkungan sekaligus orang yang pandai bernegosiasi di arena pertarungan berbagai kepentingan negara-negara lain.

"Semua negara memiliki kepentinga dan kita butuh representator yang berkompeten untuk menggolkan atau mencapai kepentingan politik lingkungan Indonesia," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009