Seoul (ANTARA) - Setidaknya 21 orang meninggal dunia setelah hujan deras mengguyur Korea Selatan selama 46 hari berturut-turut hingga Sabtu, yang merupakan muson terpanjang di negara itu dalam tujuh tahun terakhir, dan menyebabkan banjir serta tanah longsor.

Lebih dari 3.000 orang telah dievakuasi per Sabtu pukul 6 pagi waktu setempat, sementara 11 orang dilaporkan hilang akibat banjir di wilayah Semenanjung Korea tersebut, demikian menurut data Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan.

Otoritas Provinsi Jeolla Selatan mengatakan bahwa tanggul Sungai Seomjin di pinggiran bagian selatan semenanjung juga roboh kira-kira sepanjang 100 meter pada hari yang sama, sehingga membanjiri kawasan sekitar.

Karena peristiwa ini, sekitar 1.900 orang dievakuasi dari wilayah provinsi itu, termasuk sekitar 500 orang dari area sekitar sungai. Sebelumnya, Jumat (7/8), di Jeolla Selatan juga terjadi longsor yang menyebabkan lima rumah terkubur dan lima orang tewas.

Sementara lembaga kehutanan Korea Selatan telah meningkatkan peringatan tentang tanah longsor ke level paling tinggi di setiap wilayah negara, kecuali destinasi wisata pulau Jeju.

Wilayah Korea Utara di bagian perbatasan juga tidak luput dari banjir. Kantor Berita KCNA melaporkan bahwa pejabat tertinggi ketiga di negara itu, Pak Pong Ju, melakukan inspeksi terkait kerusakan akibat banjir dengan lahan pertanian yang tergenang di kawasan barat daya Korea Utara.

Sumber: Reuters

Baca juga: COVID-19 persulit respons banjir Korsel saat ratusan orang mengungsi

Baca juga: Ranjau Korut Terbawa Banjir ke Korsel

Penerjemah: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020