"Jelajahi Indonesiamu yang luas, jengkali Afrika yang eksotis, jelajahi Eropa yang megah," demikian seorang guru dalam film "Sang Pemimpi" mengutipkan kata-kata mutiara kepada para muridnya di sebuah sekolah menengah atas (SMA) di Pulau Belitung.

Tak disangka, kata-kata tersebut memacu semangat tiga remaja melayu yang hidup di pedalaman Bangka Belitung pada 1980-an untuk meraih beasiswa pendidikan di luar negeri.

Tiga remaja tersebut adalah Ikal, anak keluarga pekerja rendahan di Perusahaan Negara Timah bersama Arai, sepupunya, dan Jimbron, sahabatnya.

Karena tak ada sekolah menengah di desanya, ketiganya harus merantau ke kota pelabuhan Manggar yang berjarak puluhan kilometer untuk melanjutkan sekolah.

Mereka tumbuh bersama, menjalani berbagai kehidupan masa remaja dengan segala tantangan dan perjuangan hidup serta problematika masa remaja untuk meraih cita-cita dan impian.

Semangat mereka makin memuncak ketika sang guru, dengan kata-kata mutiara tersebut memberikan mereka inspirasi untuk mengejar mimpi meraih pendidikan di Eropa.

Berbagai masalah mereka hadapi dalam proses mengejar mimpi tersebut. Mulai dari soal sekolah dan bertahan hidup hingga masalah cinta.

Ada persoalan cinta Arai pada Zakia Nurmala yang kerap tak diacuhkan, cinta Jimbron pada seorang gadis pemurung pekerja pabrik cincau yang tak pernah tersenyum, dan cinta ikal pada sang ayah yang membawanya pada perasaan bersalah saat nilai-nilai di sekolahnya sempat turun drastis.

Namun rasa bersalah pada sang ayah membuat ia bangkit dan membuat para pemimpi lainnya kembali bersemangat untuk berlari bersama dan mewujudkan cita-cita, harapan, dan cinta.

Satu persatu simpul-simpul kesulitan hidup untuk mencapai mimpi berhasil mereka buka dan selesaikan.

Akhirnya, Ikal dan Arai berhasil diterima untuk melanjutkan pendidikan studi strata satu di Universitas Indonesia. Sementara Jimbron memutuskan untuk tidak berkuliah dan melanjutkan hidup di Pulau Belitung, dengan mimpinya sederhana yakni menikah, punya anak, dan hidup damai.

Namun cerita tidak berhenti di situ, karena film Sang Pemimpi masih melanjutkan cerita tentang proses menuju mimpi anak-anak dari Pulau Belitung tersebut hingga mendapatkan beasiswa pendidikan pascasarjana di Eropa.

"Sanggupkah mereka meraih mimpinya?" pertanyaan tersebut akan terjawab dengan indah dalam film Sang Pemimpi.

Dengan latar belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi pulau terkaya di Indonesia, film yang mengambil latar di era 80-an itu dipenuhi kisah tentang kalangan pinggiran dan kisah perjuangan hidup yang mengharukan untuk menggapai mimpi, keindahan persahabatan dan cinta kasih yang tulus antara anak dan ayah.

Film Sang Pemimpi merupakan kelanjutan cerita dari film fenomenal "Laskar Pelangi" karya sutradara Riri Riza dan diproduseri Mira Lesmana.

Saat menonton film tersebut, penonton akan hanyut dalam semangat ketiga remaja tersebut dalam cerita yang dikemas secara rinci dan sangat menyentuh karena sarat pesan moral.

Banyak kutipan kata-kata indah yang sederhana namun dapat membakar siapapun yang mendengarnya pada film tersebut, di antaranya dialog Arai remaja: "Tanpa mimpi dan harapan, orang-orang macam kita akan mati...".

Selain itu, ada banyak penggalan kisah indah soal refleksi mimpi dan harapan yang mengharukan dan sangat menggetarkan, salah satunya saat nilai sekolah Ikal sempat turun, dan ayah kebanggaannya -yang disebutnya ayah paling hebat nomor satu di dunia- tersebut "berhasil" duduk di kursi paling belakang saat pembagian nilai di sekolah.

Biasanya, Ikal selalu memperoleh nilai bagus sehingga sang ayah selalu duduk di depan. Pasalnya, kursi bagian belakang hanya untuk orang tua yang anaknya tidak berprestasi.

Namun, sang ayah sama sekali tidak mengeluarkan kalimat pertanda kekecewaan kepada Arai, meski duduk di deretan kursi paling belakang, sang ayah yang diperankan Mathias Muchus tersebut tetap tersenyum.

Sang pemimpi merupakan kerjasama Miles Film yang kedua kali dengan Mizan Production setelah Laskar Pelangi.

Para pemain yang juga meramaikan film tersebut adalah Lukman Sardi yang memerankan tokoh Ikal dewasa; penyanyi Nugie sebagai Pak Balia, guru pemberi inspirasi untuk memperoleh pendidikan ke luar negeri; Landung Simatupang sebagai Pak Mustar, kepala sekolah SMA Manggar; Zulfani sebagai Ikal kecil yang juga bermain sebagai Ikal dalam film Laskar Pelangi.

Selain itu ada Sandhy Pranatha sebagai Arai Kecil; Rieke Diah Pitaloka sebagai ibu Ikal; Maudy Ayunda sebagai Zakia Nurmala, gadis pujaan Arai; Vikri Septiawan sebagai Ikal remaja; Rendy Ahmad sebagai Arai remaja; Azwir Fitrianto sebagai Jimbron remaja.

Hal baru yang paling menarik dalam film itu adalah kehadiran Nazril Irham atau Ariel "Peterpan" yang ikut memerankan tokoh Arai dewasa.

Riri Riza sebagai sutradara mengaku sangat puas dengan akting Nazril, karena walaupun belum pernah bermain, Ariel memperlihatkan kemampuannya sebagai seorang pemain film dan memiliki antusiasme yang tinggi.

Mira Lesmana sebagai produser mengatakan Ariel hadir dalam film tersebut melalui proses "casting" dan vokalis Peterpan tersebut dianggap paling cocok memerankan tokoh Arai dewasa.

"Dengan segala hormat kami kepada Peterpan, kami bersama memutuskan untuk menggunakan nama Nazril Irham dan bukan nama Ariel dalam `credit title` film kami agar para penonton bisa menilai Nazril sebagai aktor dan bukan penyanyi dalam film ini," kata Mira.

Hal berbeda lainnya yang bisa ditemui dalam Sang Pemimpi adalah lokasi tempat pengambilan gambar yang lebih banyak dibanding Laskar Pelangi, mulai dari pelabuhan, pasar Manggar, sekolah SMA Manggar hingga bawah laut.

Film itu akan tayang secara serentak di seluruh bioskop yang ada di Indonesia pada Kamis 17 Desember.(*)

Pewarta: Oleh Wuryanti Puspitasari
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009