Beijing (ANTARA News/AFP) - China Ahad menyambut positif hasil perundingan perubahan iklim di Kopenhagen, sehari setelah kesepakatan itu dicapai untuk memerangi pemanasan global, yang mendapat kecaman tajam.

"Dengan upaya dari semua pihak, konferensi tingkat tinggi (KTT) menghasilkan keputusan penting dan hasilnya positif," kata Menteri Luar Negeri China, Yang Jiechi, dalam pernyataan yang disiarkan melalui laman Internet Kemlu China.

Kesepakatan Kopenhagen, yang disetujui Sabtu setelah perundingan dua pekan yang rumit, mendapat kecaman tajam pada saat terjadi perundingan yang dilakukan secara tertutup, yang dianggap melanggar demokrasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), mengabaikan kemiskinan dan malapetaka dunia akibat perubahan iklim.

Perjanjian disepakati pada menit-menit terakhir oleh satu kelompok kecil yang terdiri para pemimpin Amerika Serikat, China, India, Brazilia, Afrika Selatan dan negara-negara besar Eropa, setelah semakin jelas bahwa KTT terancam gagal.

Perjanjian menetapkan komitmen untuk membatasi pemanasan global sampai dua derajat Celsius (3,6 Fahrenheit), namun tidak mengurai tahapan-tahapan penting - target emisi global untuk 2020 atau 2050.

Perjanjian juga tidak mengidentifikasi puncak emisi dalam setahun, dan janji-janji pengurangan emisi yang dilakukan secara sukarela dan bebas.

Yang, yang tak pernah secara khusus menyebut kesepakatan itu, mengatakan bahwa KTT telah berhasil mempertahankan prinsip `bersama namun berbeda tanggungjawab,` yang mengakui perbedaan keadaan ekonomi antara negara-negara kaya dan miskin serta berkembang.

China, sebagai penghasil polusi karbon terbesar dunia, selalu mengatakan bahwa negara-negara kaya harus berada di depan dalam memberikan komitmen target pengurangan emisi, serta memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara berkembang yang sedang berperang menghadapi perubahan iklim.

Persetujuan Kopenhagen menetapkan sasaran untuk menggalang secara bersama dana sebesar 100 miliar dolar bagi negara-negara berkembang pada 2020.

Yang menambahkan, bahwa KTT juga membuat langkah maju berkaitan dengan mandat yang diberikan kepada negara-negara maju dalam hal pengurangan emisi, dan negara-negara berkembang secara sukarela juga melakukan tindakan-tindakan pengurangan.

"Yang ketiga, KTT mencapai konsensus luas mengenai masalah-masalah penting meliputi target global jangka panjang, pendanaan, dukungan teknologi kepada negara-negara berkembang, dan keterbukaan," kata Yang, menurut pernyataan itu.

China berikrar akan mengurangi emisi karbonnya 40-45 persen per satuan produk domestik bruto pada tahun 2020, dari tingkat 2005.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009