Jakarta (ANTARA News) - Mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Anwar Nasution, mengatakan kegagalan operasional Bank Century pada November 2008 tidak berdampak sistemik terhadap sektor perbankan nasional karena hanya bank kecil.

"Bank Century tidak memiliki peran penting di PUAB (pasar uang antar-bank), peranannya hanya sekitar 0,4 persen," kata Anwar Nasution ketika memberikan kesaksian pada rapat Panitia Angket Kasus Bank Century di Gedung DPR, Jakarta, Senin petang.

Dia menjelaskan, jika penyelamatan Bank Century dilakukan dengan pertimbangan kegagalan operasionalnya berdampak sistemik, hal itu merupakan kesalahan indikator.

Menurut Anwar, dari pendekatan PUAB dan pasar devisa yang digunakan untuk menilai posisi bank, Century tidak akan berdampak sistemik.

"Bahkan dari Rp6,7 triliun dana `bailout` ke Bank Century, yang dialokasikan untuk PUAB hanya Rp300 miliar, sangat tidak sebanding," kata Anwar.

Anwar menegaskan, seharusnya Bank Century tidak perlu diselamatkan. "Apalagi selama beroperasi sejak Februari 2005 hingga diselamatkan pada Nopmber 2008, selalu melakukan pelanggaran," katanya.

Menurut mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini banyak pelanggaran yang dilakukan Bank Century, antara lain pencurian uang senilai 12 juta dolar AS yang dilakukan Dewi Tantular yakni keluarga pemilik Bank Century Robert Tantular.

"Sejumlah pelanggaran yang dilakukan Bank Century merupakan cermin lemahnya pengawasan BI," kata Anwar.

Pada saat terjadi sejumlah pelanggaran di Bank Century, dirinya sudah tidak menduduki jabatan Gubernur Senior BI karena telah terpilih sebagai ketua BPK.

Menurut Anwar, nasabah Bank Century hanya beberapa ribu orang saja dan bukan masyarakat kelas bawah.

Dari seluruh nasabah Bank Century, kata dia, di antaranya ada 40 nasabah kelas kakap yang mengusai sekitar 40 persen aset bank tersebut.

"Ini menunjukkan kegagalan operasional Bank Century hanya berdampak pada sejumlah nasabah saja," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009