Mosul, Iraq (ANTARA News/AFP) - Serangan bom menghantam sebuah gereja di kota Mosul, Irak utara, menewaska satu orang yang sedang melewati jalan depan gereja tersebut, dan mencederai enam orang, kata polisi dan saksi mata, Kamis.

Serangan bom terhadap gereja serupa telah terjadi sebanyak lima kali dalam enam bulan terakhir, kata polisi.

"Pada Kamis sekitar pukul 11.00 waktu setempat gereja Ortodoks Santa Thomas itu dihantam serangan bom, mengakibatkan kerusakan pada gedung gereja tersebut, kata Hamis Paulos, saksi mata.

"Seseorang yang sedang melewati jalan di depan gereja tersebut terwas, dan enam orang lagi menderita luka-luka," kata seorang pejabat kepolisian.

Sejak Juli lalu, kota Mosul yang berpenduduk berbagai etnik diberlakukanjam malam bagi kendaraan bermotor di permukiman-permukiman Kristen, menyusul serangkaian serangan bom yang ditujukan terhadap gereja-gereja Mosul dan ibu kota Baghdad.

Larangan keluar rumah itu kembali diberlakukan di sebagian besar daerah-daerah pinggiran kota itu, kata polisi.

Bom-bom meledak dekat lima gereja Kristen di Baghdad, Ahad, tampaknya serangan yang terkoordinasi yang menewaskan empat orang dan mencederai lebih dari 30 orang, kata polisi Irak.

Sebelumnya, sebuah bom mobil meledak dekat sebuah gereja di Baghdad timur menewaskan empat orang dan mencederai 21 orang lainnya.

Warga Kristen Irak, yang berjumlah sekitar 750.000 orang adalah minoritas kecil di negara yang berpenduduk 28 juta jiwa, yang sebagian besar beragama Islam.

Warga Kristen secara sporadis menjadi sasaran-sasaran serangan, sebagian besar di Baghdad dan Mosul sejak agresi militer Amerika Serikat pada 2003, yang menyebabkan banyak dari mereka lari ke luar negeri.

Sekitar 2.000 keluarga, yang terdiri sekitar 12.000 orang, meninggalkan Mosul setelah satu satu kampanye ancaman dan serangan terhadap warga Kristen di sana Oktober tahun lalu

Juru bicara keamanan Baghdad Qassim al Moussawi mengatakan, walaupun tidak ada jam malam di Baghdad, pasukan keamanan Irak meningkatkan tindakan untuk melindungi tempat-tempat ibadah Kristian di ibukota itu, yang sering jadi sasaran kelompok garis keras yang mengharapkan terjadi ketegangan sektarian.

"Sekarang kami melakukan tindakan-tindakan antisipasi untuk mengerahkan pasukan keamanan ke sasaran-sasaran penting seperti gereja dan sinagog (tempat ibadah kaus Yahudi)," kata Moussawi.

Aksi kekerasan sektarian yang nyaris memecah belah Irak tahun 2006 dan 2007 mereda, namun kelompok garis keras masih melakukan serangan-serangan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009