Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR RI Taufiq Kiemas akan memimpin upacara pelepasan jenazah mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam upacara militer di halaman rumah Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis pukul 07.00 WIB.

Juru bicara keluarga, Muniati Sulam, di Jakarta, Kamis dinihari, mengatakan, sebelumnya jenazah almarhum Gus Dur akan diserahkan pihak keluarga kepada negara yang akan diterima oleh Taufiq Kiemas.

Yang menyerahkan jenazah adalah putri tertuanya, Alissa Qatrunnada Munawaroh didampingi suaminya, Erman Royani.

Setelah upacara pelepasan selama sekitar 30 menit, kata Muniati, jenazah diberangkatkan ke Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, untuk diterbangkan ke Bandara Juanda Surabaya dan dilanjutkan ke Jombang melalui perjalanan darat.

"Jenazah akan diterbangkan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU pukul 08.30 WIB dari Bandara Halim Perdana Kusuma," katanya.

Sekitar pukul 06.30 WIB, dilakukan pembacaan salawat di Masjid Al Munawaroh di komplek kediaman almarhum, dipimpin salah satu pengurus PBNU KH Said Agil Siradj, setelah sebelumnya disalatkan di masjid.

Hingga Kamis Subuh, sejumlah santri masih tetap meramaikan Masjid Al Munawaroh dengan berzikir dan berdoa untuk almarhum Gus Dur.

Di halaman luar kediaman Gus Dur, tampak puluhan karangan bunga ucapan belasungkawa yang dikirimkan oleh kerabat dan relasi Gus Dur.

Kehilangan besar

Sementara itu, anggota Dewan Pertimbangan Presiden Adnan Buyung Nasution, di rumah duka pada Rabu (30/12) malam mengatakan, kepergian Gus Dur adalah kehilangan yang sangat besar bagi Indonesia.

Menurut Adnan, Gus Dur adalah sosok yang mampu mengharmonisasikan demokrasi dan pluralisme di Indonesia, yang merupakan salah satu jasa beliau dengan mengakui agama Kong Hu Chu dan menghargai kepercayaan etnis Tionghoa di indonesia.

Adnan menyebut sejumlah nama seperti Azyumardi Azra, Anies Baswedan dan Komarudin Hidayat, bisa menjadi pengganti Gus Dur.

"Mereka memahami dan memiliki pemikiran yang sama dengan Gus Dur mengenai pandangan pluralisme dan menjaga hubungan antara negara dan agama sehingga tidak terjadi persinggungan.

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Rabu sekitar pukul 18.40 WIB, meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, karena sakit.

KH Abdurrahman Wahid menjabat Presiden RI keempat mulai 20 Oktober 1999 hingga 24 Juli 2001. Putra pertama dari enam bersaudara itu lahir di Desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 4 Agustus 1940.

Ayah Gus Dur, KH Wahid Hasyim, adalah putra pendiri organisasi terbesar Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy'ari. Sedangkan ibunya bernama Hj Sholehah, adalah putri pendiri Pesantren Denanyar Jombang, KH Bisri Syamsuri.

Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah dan dikaruniai empat putri yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh (Yenni), Annita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009