Jombang (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi mengatakan, banyak orang selama ini yang telah melupakan jasa-jasa mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

"Sebagai manusia biasa, Gus Dur pasti punya kelemahan. Secara fisik, kesehatan, dan lingkungan, beliau punya keterbatasan. Kelemahan ini yang banyak dieksploitasi banyak orang sehingga seakan-akan Gus Dur tidak ada jasa-jasanya terhadap bangsa ini," katanya saat ditemui usai pemakaman Gus Dur di Pondok Pesantren (PP) Tebuireng, Cukir, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis.

Padahal menurut dia, Gus Dur telah meletakkan dasar-dasar dan wawasan kebangsaan dan kemanusiaan, peris pada saat Nahdlatul Ulama (NU) menggelar muktamar di Situbondo, Jatim pada 1984.

"Saat itu rezim Orba (Orde Baru) sedang kencang-kencangnya melakukan sentralisasi ideologi, tapi Gus Dur tetap melakukan gerakan-gerakan demokratisasi. Nah, itu penuh risiko, tapi akhirnya berhasil. Setelah berhasil, pemikiran Gus Dur itu diejawantahkan dalam aturan perundangan-undangan negara sehingga yang pemerintah sekarang tinggal enaknya saja melaksanakannya," kata Hasyim.

Sayangnya, dalam dunia politik, lanjut dia, tidak mengenang jasa sehingga yang menonjol adalah kelemahan-kelemahan yang ada pada diri Gus Dur. "Itulah masalahnya. Memang ketika beliau sakit, kondisi fisiknya terbatas dan emosinya tidak terkendali, tentu saja ada penurunan kualitas perjuangan Gus Dur. Tetapi itu harus dimaklumi karena Gus Dur juga manusia biasa," katanya menambahkan.

Ia berharap kepada para penerus Gus Dur, terutama kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)--sebagai parpol yang kelahirannya dibidani Gus Dur dan sejumlah ulama khosh--mampu menggali ide-ide dasar yang dikembangkan Gus Dur.

"Kelebihan Gus Dur terletak pada ide-ide dasar, tapi dalam melaksanakannya beliau banyak memiliki keterbatasan. Maka yang terpenting adalah para penerusnya bisa melanjutkan dan mengemas ide dasar Gus Dur itu lalu mengimplementasikannya sesuai dengan dinamika yang ada," katanya.

Hanya saja dia mengingatkan, hal itu tidak bisa dilakukan secara individu. "Itu harus dilakukan secara kolektif. Tidak bisa diserahkan pada satu orang karena susah mencari sosok karismatik seperti Gus Dur. Yang bisa dilakukan sekarang ini adalah membuat sistem manajemen yang berkharisma," kata Hasyim.

Dalam kesempatan itu, dia menyerukan kepada warga nahdliyin untuk menggelar tahlilan, membaca Alquran, dan terus mendoakan Gus Dur agar mendapatkan syafaat dari Rasulullah saw. "Ini merupakan penghargaan terhadap masa depan Gus Dur di alam `barzah` (kubur)," katanya.

Hasyim berpendapat, pengibaran bendera Merah-Putih setengah tiang dan upacara kenegaraan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di PP Tebuireng merupakan bentuk penghargaan terhadap masa lalu Gus Dur. "Akan tetapi yang perlu diingat, bendera setengah tiang dan bentuk penghormatan lainnya itu tidak diperlukan oleh Munkar dan Nakir (dua malaikat yang bertugas memberikan pertanyaan kepada setiap manusia di alam kubur)," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009