Denpasar (ANTARA News) - Nama mantan presiden Abdurrahman Wahid diabadikan pada rumah suci di salah satu ruangan Ashram Gandhi Puri Sevagram Kabupaten Klungkung, Bali, dengan sebutan "Gus Dur Bhavan".

"Jasa dan perhatian Gus Dur tak ternilai. Paling tidak dua kali dalam setahun hadir ke Sevagram Klungkung. Kami hanya bisa mendoakan dan mengabadikan namanya pada ruangan yang dikhususkan bagi orang-orang yang kami anggap kaum suci," kata Br Indra Udayana, pemilik dan pimpinan Ashram Gandhi Puri Sevagram Klungkung di Denpasar, Kamis malam.

Ia menyampaikan hal itu seusai doa bersama atas wafatnya Gus Dur, yang diselenggarakan di Ashram Gandhi Puri Jalan Gandapura, Kesiman, Denpasar.

Doa bersama oleh umat antaragama itu diikuti undangan terbatas dari HMI, PMII, utusan beberapa ashram atau asrama dan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) setempat.

Menurut Gus Indra, panggilan akrab Br Indra Udayana, bhavan berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti rumah atau ruangan/kamarsuci.

Kamar "Gus Dur Bhavan" berada di dekat pohon kelapa yang cukup rindang dan sejuk, di salah satu sudut areal Ashram Gandhi Puri Sevagram Klungkung.

"Selama ini setiap ke Bali beliau hampir selalu menginap di kamar itu. Beliau merasa senang dan menikmatinya," ucap Gus Indra yang juga dikenal sebagai "tangan kanan" Gus Dur di Bali.

Pada doa bersama umat antaragama tersebut, dibacakan ayat-ayat dari Kitab Suci Weda, Kitab Isa Upanisad, Bagawatgita dan ayat-ayat dari Kitab Susi Al Quran.

"Kami merasa sangat kehilangan atas kepergian beliau yang seakan memilih waktu yang tepat, meninggal dunia di akhir tahun. saatnya umat manusia merefleksikan diri menuju perbaikan di tahun berikutnya," katanya.

Kepergian Gus Dur untuk selama-lamanya, menurut Gus Indra, seakan mengingatkan pada kerinduan akan persatuan dalam perbedaan, demokrasi yang utuh, perjuangan untuk kesamaan hak.

"Kami akan selalu terkenang sikap kebersamaan beliau, dari sebelum menjadi presiden, saat berkuasa, hingga setelah kembali menjadi masyarakat biasa. Beliau tetap begitu saja, tidak ada bedanya," kenangnya.

Gus Dur dinilai selalu bersikap sama, mengedepankan kejujuran, tidak membeda-bedakan, memperlihatkan kemarahan apa adanya dan memuji secara terus terang.

Kenangan yang paling mengesankan, menurut Gus Indra, adalah saat Gus Dur sudah menjadi presiden namun kemudian banyak yang meninggalkannya. "Beliau dengan santai malah pergi ke Bali dan meresmikan Ashram Gandhi Puri Sevagram. Beliau memaafkan setulus hati lawan politiknya," ucapnya.

Tanggal 20 Agustus 2004 setelah meresmikan Ashram Gandhi Puri Sevagram Klungkung, Gus Dur untuk pertama kalinya bertemu Megawati Soekarnoputri yang saat itu menjadi lawan politiknya. "Kami memediasi pertemuan di Pura Besakih. Beliau menunjukkan kepada bangsa ini, bahwa persaudaraan lebih dari segalanya," katanya.

Gus Dur bersama Megawati Soekarnoputri kemudian menginap di Jeroan Saren Anyar Keloping, kediaman keluarga Indra Udayana di Klungkung.

"Peristiwa itu seakan membelalakkan mata masyarakat, bahwa politik haruslah dengan kesantunan dan berpijak pada prinsip Satyagraha Mahatma Gandhi. Perbedaan pendapat bukanlah permusuhan individu," kenang Gus Indra.

Ketegasan sikap juga ditunjukkan Gus Dur yang selalu datang ke Ashram Gandhi Puri Sevagram secara mendadak. Kebiasaan itu membuat kami selalu siaga menyambut kedatangan beliau setiap saat. Bahkan kami harus menjemput dengan ambulans karena beliau sakit setelah perjalanan dari Surabaya," ucapnya.

Suatu malam Gus Dur juga minta diantar ke Pura Lempuyang, atas keinginan sendiri. "Dumogi amor ring Acintya (semoga tahun baru membawa kedamaian). Guru bangsa tapakan kakimu adalah damai dan persemaian jiwa buat kami, Ashram Gandhi Puri," tambah Gus Indra.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009