Manado (ANTARA News) - Warga Sulawesi Utara (Sulut) yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat melakukan pemasangan 1.000 lilin untuk mengenang wafatnya mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), di Kota Manado, Sabtu malam.

Kegiatan yang dilaksanakan di Taman Kesatuan Bangsa (TKB) Manado yang dihadiri sejumlah tokoh agama dan masyarakat, budayawan serta aktivis di daerah itu, juga dilakukan pembacaan puisi.

Pdt DR Nico Gara, Ketua Forum Komunikasi Antar Umat Beragama Sulut mengatakan, Gus Dur boleh pergi dipanggil oleh Pencipta, tetapi semangatnya yang membangun pluralisme, semangat membela yang tertindas dan tersisihkan, semangatnya melihat setiap persoalan dari berbagai sudut tanpa mementingkan kelompok sendiri, kiranya dapat dikobarkan terus.

"Hanya dengan pola berpikir seperti beliau, bangsa ini tetap jaya," katanya.

Nico Gara mengatakan, Gus Dur mengajarkan kepada kita bagaimana melihat setiap permasalahan dari sudut pandang yang lain, sehingga memperkaya wawasan.

"Dengan cara seperti itu, mendapat jjalan keluar i yang lebih bervariasi untuk memecahkan persoalan bangsa," katanya.

Jhon Dumais Anggota DPRD Sulut mengatakan, Gus Dur merupakan seorang pemimpin yang patut dicontohi dan diteladani.

"Pemikiran Gus Dur melampaui serta mengangkat semua perbedaan," katanya.

Sementara Aktivis perempuan Vivi George mengatakan, kagum dengan ide-ide cemerlang dari Gus Dur.

"Gus Dur membela hak asasi manusia bangsa Indonesia, serta berjuang dengan tidak pernah melihat agama, suku apapun," katanya.

Adilukito kordinator kegiatan tersebut mengatakan, kegiatan ini dilakukan secara spontanitas untuk memperingati tiga hari wafatnya Gus Dur.

"Peran dari Gus Dur untuk memajukan bangsa serta seluruh masyarakat sangat besar," katanya.

Dalam kegiatan tersebut juga sejumlah budayawan Sulut membacakan puisi, diantaranya Piters Sawombile, Sem Makaluas, Nadya Oentoe serta Mato.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010