Bekasi (ANTARA News) - Ratusan warga Kelurahan Cikiwul dan Ciketingudik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, mempertanyakan distibusi dana bantuan bagi korban angin puting beliung senilai Rp400 juta dari pemerintah setempat yang diduga diselewengkan ketua RT.

Karyati (32) warga RT03 RW03, Kelurahan Ciketingudik, kepada ANTARA, di Bekasi, Minggu, mengaku hanya memperoleh dana bantuan senilai Rp700 ribu yang diberikan oleh Ketua RT setempat pada pekan lalu.

"Saya saksikan sendiri Walikota Bekasi ketika datang ke lokasi pada Rabu sore (6/1) lalu mengatakan Bagi pemilik rumah yang mengalami rusak parah mendapat bantuan sebesar Rp2,5 Juta, kerusakan sedang Rp1,5 Juta dan rusak ringan mendapat bantuan sebesar Rp1 Juta," katanya.

Dikatakan Karyati, musibah angin puting beliung yang terjadi pada Rabu pagi sekitar pukul 03:00 WIB menghancurkan hampir 50 persen rumahnya.

"Atap rumah saya seluruhnya terbang, sampai-sampai beberapa puing penyangga di ruang tamu roboh. Sehingga saya terpaksa mengungsi ke rumah mertua selama sepekan," katanya.

Saat dilakukan pendataan oleh aparat kecamatan setempat, kata dia, kategori kerusakan rumahnya termasuk berskala sedang dengan nominal dana bantuan sebesar Rp1,5 Juta.

"Kenapa saya hanya mendapat Rp700 ribu, kemana sisanya sebesar Rp800 ribu," katanya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Suroto (33), warga RT03 RW02, Desa Ciketingudik yang mengaku dana bantuan yang diperolehnya dari Ketua RT setempat berkurang hingga Rp1.900.000. "Dana yang diberikan oleh pihak RT hanya Rp600 ribu, padahal rumah saya lebih dari 80 persen mengalami rusak," katanya.

Atas kejadian itu, kata dia, dirinya terpaksa menambah kekurangannya dengan uang pribadi senilai Rp1 juta. "Harga asbes di toko bangunan Rp45.000 per lembar, sedangkan asbes yang saya butuhkan sebanyak 15 lembar. Sementara plafon Rp125 ribu per lembar, saya butuh sekitar dua buah, dana itu belum termasuk bayar tukang," ujarnya.

Amat (56), warga RT01 RW01, mengaku harus hutang kepada pengusaha matrial hingga Rp500 ribu akibat persoalan tersebut. "Dana bantuan korban puting beliung yang diterima warga bervariasi mulai dari Rp200 ribu hingga Rp1 juta. Padahal rata-rata kerusakannya nyaris sama," katanya.

Menurut Amat, beberapa korban di Desa Cikiwul menerima dana mulai dari Rp1 juta hingga Rp2,5 juta langsung dari Walikota Bekasi Mochtar Mohammad.

"Saat itu Wali Kota langsung memberi dana itu secara simbolis kepada korban saat datang melakukan peninjauan ke lokasi, sisanya baru beberapa hari kemudian," katanya.

Berdasarkan data melalui kantor Kecamatan Bantargebang, jumlah rumah yang rusak akibat puting beliung di kelurahan Ciketingudik sebanyak 305 rumah rusak parah dan ringan, sedang di kelurahan Cikiwul ada 98 rumah yang rusak. Total jumlah rumah yang rusak akibat bencana puting beliung ini berjumlah 403 rumah.

"Bila masing-masing korban dipotong dana minimal Rp200 ribu, berarti total dana yang hilang diperkirakan mencapai lebih dari Rp80 Juta. Pihak RT beralasan potongan itu diperuntukan bagi dana administrasi," kata Amat.

Sementara itu Ketua RT01 RW01, Kelurahan Ciketingudik, Awis, ketika dikonfirmasi terkait keadaan tersebut tidak berada di rumah. Begitu pula dengan Ketua RT03 RW02, Kelurahan Ciketingudik, Rosmita, tidak berada di rumah.

Ketua RW02, Kelurahan Ciketingudik, Radi Rohaedi, menepis adanya dugaan penyelewengan dana yang dilakukan Ketua RT setempat terhadap korban angin puting beliung.

"Secara teknis Ketua RT lebih paham situasi ini. Saya pribadi menyaksikan distribusi dana sudah berjalan sesuai dengan ketentuan," katanya.

Dikatakan Radi, di wilayahnya tercatat sebanyak 21 rumah yang rusak, masing-masing di RT01, RT02, dan RT03. Pendistribusian dana dilakukan tiga hari setelah peristiwa berlangsung.

Kendati demikian Radi mengakui telah terjadi pengurangan dana bantuan dari yang semula direncanakan. "Sebabnya, ada sebagian warga yang seharusnya tidak terdata secara tiba-tiba mengajukan permohonan dana kepada kami," katanya.

Radi mencontohkan, kejadian itu berlangsung di RT03. Dimana, dari jumlah korban yang terdata sebanyak 7 rumah, tiba-tiba membengkak menjadi 30 rumah.

"Padahal kerusakannya hanya sekedar genting atap yang copot, atau tembok rumah yang sedikit retak akibat tertimpa pohon," katanya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bekasi, Tjandra Utama Efendi, mengaku tidak akan mentolerir pihak yang sengaja memanfaatkan situasi bagi kepentingan pribadi.

"Sebab dana bantuan ini bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) 2010, jumlah dana bantuan tersebut sekitar Rp400 juta. Artinya ini merupakan uang milik warga," katanya.

Tjandra mengaku akan menggelar inspeksi mendadak bersama dengan pihak terkait ke lokasi guna memantau secara langsung dugaan pemotongan dana tersebut.

"Bila memang terbukti, kami akan meminta pertanggungjawaban Camat atas kejadian tersebut," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010