Jambi (ANTARA News) - Sedikit-dikitnya 50 siswa SMA I Hiang, Kecamatan Sitinjau Laut, Kabupaten Kerinci, Jambi, Senin, kesurupan, peristiwa itu hampir rutin terjadi selama sepekan terakhir.

Peristiwa siswa kesurupan itu dibenarkan majelis guru Hadiawati saat dihubungi, Senin, dan sebagian besar siswa yang kesurupan itu perempuan dan hanya satu laki-laki.

Terhitung sejak Selasa (26/1) pekan lalu beberapa orang siswa SMA Hiang kesurupan, peristiwa itu berlanjut pada Rabu (27/1) dan Kamis (28/1).

Kondisi ini membuat aktivitas belajar di SMA tersebut tidak lagi normal, pihak sekolah terpaksa memulangkan siswa lebih awal dari biasanya lantaran ketakutan jumlah yang kesurupan akan bertambah lebih banyak.

Salah seorang siswa SMA I Hiang Geni Riski Pitrisia menjelaskan, kronologis kesurupan itu berawal dari sejumlah siswa yang biasanya duduk atau mangkal saat jam istirahat di bawah pohon beringin depan kelas.

"Saat istirahat itulah tiba-tiba saja mereka nangis dan kemudian tidak sadarkan diri," katanya.

Keadaan itu bukan hanya mengenai satu orang melainkan menjalar ke siswa lain, sehingga suasana sekolah menjadi panik. Awalnya siswa yang kesurupan itu menangis lantas kejang dan tidak sadarkan diri.

Menurut cerita siswa, rekan mereka yang kesurupan itu karena mereka melihat ada penampakan di bawah pohon beringin yang tinggi menjulang di depan halaman sekolah.

"Setelah sadar, siswa yang kesurupan mengaku melihat penampakan di pohon beringan. Karena itu saat kesurupan, ada yang mengoceh agar siswa tidak duduk-duduk di dekat pohon beringin itu," ujarnya.

Menurut cerita, dulunya, di lokasi sekolah yang mereka tempati sekarang merupakan lokasi makam masyarakat sekitar dan termasuk kuburan orang keramat dan para ulama.

Oleh karena itu, kasus kesurupan tersebut sebenarnya bukan hal yang asing bagi siswa lantaran sudah hampir setiap tahun terjadi terutama di akhir Januari dan menjelang Februari.

"Tahun lalu di akhir Januari atau awal Februari juga banyak siswa yang kesurupan, malah kami sudah potong kambing dan doa bersama tapi heran kejadiannya masih terulang lagi," jelasnya.

Direncanakan pihak sekolah dan bersama masyarakat akan melakukan ritual bersama untuk mengusir "makhluk halus" itu sehingga tidak mengganggu ketentraman proses belajar mengajar.

Akibat peristiwa itu, kepada siswa yang kesurupan pihak sekolah memberikan dispensasi untuk sementara tidak masuk sekolah karena dikhawatirkan akan kesurupan lagi.(KR-YJ/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010