Denpasar (ANTARA News) - Gurubesar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS menilai, kebijakan ekonomi Indonesia selama ini kurang akrab dan tidak mendukung pengembangan sektor pertanian dalam arti luas.

"Kondisi tersebut menyebabkan sektor pertanian cenderung kurang mendapat perhatian dibanding sektor ekonomi lainnya dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi," kata Gurubesar Prof Windia di Denpasar Jumat.

Ia mengatakan, kurang akrabnya kebijakan ekonomi terhadap sektor pertanian itu agak kontradiktif, mengingat Indonesia mempunyai sumberdaya alam bidang pertanian sangat melimpah, tetapi sebaliknya menjadi negara pengimpor beberapa jenis komoditi pertanian.

"Sebenarnya hasil pertanian yang diimpor itu bisa diproduksi dalam negeri, jika kebijakan pemerintah akrab dengan pengembangan sektor pertanian," tutur Windia.

Ia menjelaskan, hasil pertanian yang selama ini diimpor sebenarnya dapat diproduksi oleh petani di berbagai daerah di Indonesia, antara lain berbagai jenis hasil buah-buahan, daging sapi, terigu, gula pasir, kedele dan beras.

Bahkan petani sanggup meningkatkan produksi pertanian itu secara berlipat ganda hingga Indonesia memiliki ketahanan pangan, sehingga Pemerintah perlu menggarap sektor pertanian secara serius dan sungguh-sungguh dengan memanfaatkan potensi yang ada secara maksimal.

"Oleh sebab itu program revitalisasi pertanian hendaknya dapat diterapkan dengan baik di seluruh daerah di Indonesia, dengan harapan mampu membawa perubahan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun memacu pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.

Ia menganalisa, selama dua dekade terakhir sektor pertanian hanya diposisikan sebagai "pendukung" sektor lain, dan bukan sebagai "mesin penggerak" pertumbuhan ekonomi nasional. (I006/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010