Semarang (ANTARA News) - Tim dokter cangkok hati RSUP dr. Kariadi Semarang masih mengupayakan orang tua Bilqis Anindya Passa menjadi pendonor hati bagi anaknya, meskipun diketahui mereka memiliki golongan darah yang berbeda.

"Kami masih menjadikan orang tua Bilqis sebagai prioritas pendonor hati, sehingga pendonor dari luar keluarga sementara belum perlu," kata anggota tim cangkok hati RSUP dr. Kariadi Semarang, Prof dr AG. Soemantri, Jumat.

Menurut dia, resiko penolakan dari tubuh pasien terhadap hati donor yang dicangkokkan akibat perbedaan golongan darah memang ada, karena itu pihaknya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut sebelum memutuskan hal itu.

"Bilqis sendiri saat ini tengah menjalani pemeriksaan rutin, terkait organ jantung, paru-paru, mata, telinga, dan sebagainya, sedangkan kondisi kesehatan Bilqis hingga saat ini masih cukup baik," kata ahli darah itu.

Ia mengatakan, pihaknya berharap kondisi Bilqis yang cukup baik tersebut dapat berlangsung hingga pelaksanaan operasi cangkok hati. "Kami berharap kondisi Bilqis tetap stabil hingga menjelang operasi," katanya.

Hal senada juga diungkapkan dr. Hirlan, anggota lain tim cangkok hati RSUP dr. Kariadi Semarang, pendonor hati untuk Bilqis yang berasal dari orang lain di luar keluarga sementara ini belum dibutuhkan.

"Kami masih mengusahakan agar orang tua Bilqis dapat menjadi pendonor, namun kami juga mengetahui bahwa golongan darah mereka berbeda," kata dokter yang pernah menangani operasi cangkok hati Ulung Hara Hutama, pasien pertama cangkok hati itu.

Sementara itu, Doni Ardianta Passa (33), ayah Bilqis mengatakan, pihak keluarga masih menunggu hasil pemeriksaan medis terkait kemungkinan pendonor hati yang tetap diupayakan dari orang tua Bilqis.

"Kami masih menunggu keputusannya dari tim medis," katanya didampingi istrinya yang juga ibunda Bilqis, Dewi Farida (37).

Sebelumnya diwartakan, Bilqis Anindya Passa (17 bulan) yang menderita "atresia bilier" (saluran empedu tidak terbentuk atau berkembang sempurna) sehingga harus menjalani cangkok hati, belum menemukan pendonor hati yang sesuai.

Dalam pemeriksaan awal, golongan darah Bilqis diketahui berbeda dengan golongan darah kedua orang tuanya, sebab sang ayah memiliki golongan B dan sang ibu adalah A, sedangkan Bilqis memiliki golongan darah AB.

Menurut dr. Hirlan, secara teoritis sebenarnya operasi dapat dilakukan dengan kondisi tersebut, namun akan sangat beresiko menimbulkan penolakan apabila memaksakan diri melakukan langkah tersebut.

"Transplantasi hati memang menimbulkan resiko penolakan dari tubuh pasien terhadap hati yang dicangkokkan itu, namun resiko akibat perbedaan golongan darah cenderung lebih besar," katanya.(U.PK-ZLS/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010