Mendapat kesempatan berbicara pada sesi awal paripurna itu, anggota Pansus Angket Kasus Century DPR RI yang akrab disapa rekan-rekannya dengan panggilan Romy ini, memberi penjelasan singkat, yakni, partainya sedang berduka karena salah satu kadernya di Sumatra meninggal, juga karena fraksinya masih menggelar rapat internal menghadapi sidang tersebut.
Sebelumnya, ketika Ketua DPR RI Marzuki Alie selaku pemegang palu sidang membacakan daftar absen, suasana sempat riuh ketika terungkap hanya tiga dari 38 anggota FPPP hadir pada paripurna tersebut.
Paripurna itu sendiri dimulai tepat pukul 10.18 WIB, dipimpin oleh Ketua DPR RI, Marzuki Alie, didampingi empat wakil ketua, Priyo Budi Santoso (Fraksi Partai Golkar), Pramono Anung (Fraksi PDI Perjuangan), Anis Mata (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera) dan Taufik Kurniawan (Fraksi Partai Amanat Nasional).
Dengan mengajak mempersembahkan syukur kepada Tuhan, Marzuki Alie membuka rapat paripurna itu tepat pada jam 10.22 WIB.
"Catatan Sekretariat Jenderal DPR RI pada pukul 10.10 WIB tadi, 457 orang anggota hadir pada paripurna ini, karenanya dinyatakan korum," katanya dan langsung mengetuk palu membuka sidang tersebut.
Dari jumlah 457 anggota itu, FPPP hanya menghadirkan tiga orang.
Rindican lengkapnya, menurut Marzuki Alie, Fraksi Partai Demokrat (FPD) 141 dari 148 anggota, Fraksi Partai Golkar (FPG) 98 dari 106, Fraksi PDI Perjuangan (FPDI-P) 76 dari 94, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) 50 dari 57, Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) 40 dari 46, dan FPPP tiga dari 38, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) 17 dari 28, Fraksi Partai Gerindra 24 dari 26, dan Fraksi Partai Hanura 16 dari 17 anggota.
`Gaduh` Lagi
Namun, sesaat setelah mengetuk palu sidang dimulai, langsung terjadi `kegaduhan lagi` karena hujan interupsi.
Berawal dari interupsi oleh anggota FPD, Adjie Massaid yang meminta agar pimpinan menunjukkan kebersamaannya dengan berdiri bersama sebelum memulai memimpin sidang, untuk mengobati kekecewaan akibat suasana `gaduh` Selasa kemarin.
Lalu, rekannya sesama FPD, Roy Suryo mencoba mengemukakan permintaan maaf atas kejadian kisruh kemarin.
Sontak sesudah ini, memancing puluhan interupsi lainnya yang sebagian besar mempermasalahkan sikap `tidak demokratis` Marzuki Alie mengetuk palu secara sepihak untuk menutup sidang paripurna hari pertama, Selasa kemarin.
Ketika masih banyak yang minta interupsi, Ketua DPR RI selaku pemegang palu sidang meminta pihak Sekjen DPR RI, Nining Indra Saleh, menjelaskan soal `mikrofon`.
Pasalnya, sebelumnya Marzuki Alie telah terlanjur menuding `mikrofon` mati sebagai pemicu kekisruhan sidang paripurna Selasa kemarin.
"Kami meminta agar anggota DPR menggunakan mikrofon dengan tertib dan bergantian," katanya.
Sebab, menurutnya, `mikrofon` DPR RI hanya bisa digunakan bersamaan paling banyak enam unit termasuk milik pimpinan sidang.
"Jika digunakan lebih banyak dari itu, akan terjadi kemacetan teknis.Mikrofon hanya bisa dinyalakan paling banyak enam. Ini sudah sistem dari mikrofon tersebut," jelas Nining Saleh lagi.
Mendengar penjelasan teknis ini, anggota Fraksi PKS, Fahry Hamzah, kemudian meminta pimpinan sidang tidak mengkambinghitamkan `mikrofon.
(M036/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010