Gorontalo (ANTARA News) - Pembukaan lahan tambak dalam skala besar telah menghancurkan sebagian besar ekosistem yang ada di kawasan cagar alam tanjung panjang, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.

Hal itu diungkapkan Dr Rignolda Djamaludin, seorang akademisi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, di Gorontalo, Kamis.

Eksploitasi lahan mangrove itu, telah dimulai sejak era tahun 1980-an dan berlangsung hingga kini. Lebih dari 50 persen lahan mangrove di kawasan ini terkonversi menjadi tambak.

Cagar alam Tanjung Panjang seluas 3.000 hektare itu ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan (SK Menhut/TGHK 362/85). Cagar alam tersebut merupakan habitat berbagai hewan dan binatang, antara lain babi hutan, ular, buaya muara, burung-burung air, dan kera hitam.

"Dulu, burung maleo (Macrocephalon maleo) endemik Sulawesi, dilaporkan masih ada di daerah ini, tetapi sekarang menghilang," ujarnya.

Menurut dia, Tanjung Panjang merupakan penyangga terbesar ekosistem Teluk Tomini, yang mencakup sebagian wilayah sulawesi tengah dan sulawesi utara.

Sementara itu, menurut keterangan kepala desa Patuhu , Zulkarnain Duwawolu, salah satu desa yang terdapat di kawasan Cagar Alam tersebut, kini terdapat 1.115 hektare diantaranya yang telah dikonversi menjadi tambak.

Tambak-tambak ini pada umumnya dimiliki oleh pengusaha yang berasal dari sulawesi selatan, dan hasilnya juga dipasarkan di sulawesi selatan dan Palu, sulawesi tengah.
(SHS/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010