Saariselka, Finlandia (ANTARA News/Reuters) - Menteri-menteri luar negeri Turki dan Swedia pada Sabtu (13/3) mengecam keputusan parlemen Swedia yang menyatakan pembunuhan terhadap warga Armenia oleh pemerintah Turki Ottoman pada awal abad ke-20 sebagai genosida.

Menlu Swedia, Carl Bildt, yang melakukan perundingan tidak resmi dengan para menlu termasuk Ahmet Davutoglu dari Turki di Finlandia utara, mengatakan pihaknya terganggu oleh keputusan Kamis itu dan khawatir hal itu dapat berdampak pada rekonsiliasi Turki-Armenia.

"Disesalkan karena saya kira politisasi sejarah adalah tujuan yang tidak bermanfaat," katanya kepada wartawan.

Ia menimpali, "Kami menginginkan usaha rekonsiliasi, dan keputusan seperti itu cenderung meningkatkan ketegangan bukannya meredakan ketegangan."

Parlemen Swedia dengan perbandingan suara 131 mendukung dan 130 menentang , mendukung untuk mencap pembunuhan sampai 1,5 juta warga Armenia oleh Turki Ottoman sebagai genosida , satu hal yang ditolak keras Turki.

Perdana Menteri Swedia, Fredrik Reinfeldt, menelepon sejawatnya dari Turki Tayyip Erdogan dan mengatakan ia tidak menyetujui resolusi itu, kata sebuah pernyataan di laman internet resmi perdana menteri itu.

Keputusan parlemen itu menyusul satu satu keputusan komite Dewan Perwakilan Rakyat AS seminggu sebelumnya yang menyetujui satu tindakan yang tidak mengikat mengecam pembunuhan tahun 1915.

Dalam dua kasus itu Turki menanggapinya dengan marah , menarik duta-duta besarnya untuk Washington dan Stokholm.

Keputusan parlemen Swedia itu menyakitkan hati Turki karena Swedia adalah salah satu dari pendukung-pendukung terkuat Ankara mengenai masalah-masalah seperti keinginan Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa.

Reinfeldt mengemukakan kepada Erdogan Swedia akan tetap mendukung usaha Turki untuk menjadi anggota Uni Eropa dan keputusan itu adalah masalah politik dalam negeri, dan tidak akan berdampak pada hubungan bilateral, kata pernyataan itu. Erdogan membatalkan satu kunjungan yang telah direncanakan ke Swedia bulan ini, dan pemerintah memanggil pulang duta besarnya dari Stokholm.

Davutoglu mengatakan Turki tidak akan tinggal diam jika ada negara-negara melakukan tindakan-tindakan yang serupa untuk menyebut pembunuhan tahun 1915 sebagai genosida dan mengatakan negara lain tidak akan dapat menekan Turki.

"Kami tidak akan tinggal diam, dan tidak akan menunjukkan sikap seperti biasa. Untuk masing-masing kasus kami memiliki tindakan-tindakan berbeda," katanya.

"Apa tujuan keputusan ini? Jika tujuannya untuk melakukan tekanan. Siapapun tidak bisa menekan Turki.

Davutoglu, arsitek kebijakan luar negeri Turki yang melakukan pendekatan baru dengan tetangga-tetangganya , termasuk Armenia , mengatakan adalah keliru bagi para anggota parlemen Armenia untuk menganggap bahwa mereka dapat menetapkan sejarah hanya melalui satu keputusan.

Ia juga mengatakan ia cemas akan pengaruh keputusan itu dapat berdampak pada usaha-usaha Armenia dan Turki untuk merekonsiliasi sejarah mereka dan mengusahakan satu landasan politik bersama pada saat mereka membuat kemajuan menuju pemulihan hubungan.
(Uu.H-RN/H-AK/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010