Singapura (ANTARA News/AFP) - Harga minyak turun lagi di perdagangan Asia, Selasa, tertekan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan berlanjutnya kekhawatiran tentang permintaan di AS sebagai pengguna energi terbesar dunia, kata para analis.

Kekhawatiran bahwa Beijing akan mengambil langkah untuk mendinginkan perekonomian China juga memukul sentimen, kata mereka.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman April berkurang 13 sen menjadi 79,67 dolar per barel.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman April turun 21 sen menjadi 77,70 dolar.

"Harga tertekan oleh dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran bahwa potensi pengetatan kredit di China mungkin akan membatasi permintaan energi konsumen minyak terbesar kedua di dunia," kata analis dari United Overseas Bank Singapura.

Dolar AS telah menguat kembali dalam beberapa hari terakhir karena investor gugup tentang melemahnya pasar ekuitas global, berpaling kepada greenback. Mata uang AS dipandang sebagai aset yang aman di masa ketidakpastian investor.

Sebuah penguatan greenback cenderung mengurangi permintaan untuk minyak mentah yang dihargakan dalam dolar karena menjadi lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang lemah.

Harga minyak juga berkurang oleh data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat, negara konsumen energi terbesar di dunia.

Produksi industri AS naik tipis 0,1 persen pada Februari, nyaris berhenti di tengah badai salju parah yang melumpuhkan sebagian besar kawasan dari Pantai Timur, data Federal Reserve menunjukkan Senin.

"Harga minyak mentah jatuh ... karena penguatan dolar AS, sementara investor tetap hati-hati jelang minggu yang sibuk pada angka ekonomi dan pertemuan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) di Wina," ujar analis Sucden Myrto Sokou di London.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) secara luas diperkirakan menjaga kuota produksi resminya di 24,84 juta barel per hari pada pertemuan Rabu.
(Uu.A026/A027/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010