Bandung (ANTARA News) - Banyaknya pabrik yang berada di wilayah Bandung selatan memperparah banjir yang melanda wilayah tersebut, kata peneliti bidang hidrologi Pusat Litbang Sumber Daya Air, Petrus Syariman, di Bandung, Selasa.

Menurut Petrus, keberadaan pabrik-pabrik di wilayah tersebut mengakibatkan penurunan ketinggian permukaan tanah. "Pabrik-pabrik besar itu menyedot air dari dalam tanah dengan jumlah yang sangat banyak," ujarnya.

Hal itu, menurut dia, mengakibatkan lapisan air tanah pada struktur lapisan bumi yang ada di sana menjadi berkurang. Sehingga lapisan tanah dan batuan di atasnya turun karena tertarik oleh gravitasi bumi dan terjadilah penurunan permukaan tanah.

Petrus menjelaskan, permukaan tanah yang turun membuat wilayah tersebut menjadi sebuah cekungan yang berpotensi menampung air. Oleh sebab itu air luapan Sungai Citarum selalu membanjiri wilayah Bandung selatan, khususnya Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuh Kolot, dan Kecamatan Bojongsoang.

Menurut dia, banjir semakin parah karena daya serap tanah terhadap air di wilayah tersebut menjadi berkurang karena lahan-lahan yang harusnya menjadi tempat penyerapan air malah dijadikan pabrik.

"Sebenarnya, Sungai Citarum sudah membuat banjir sejak 1930-an. Tapi semenjak banyak pabrik dibangun di sekitarnya, banjir semakin parah," kata Petrus.

Walaupun demikian, kata Petrus, banjir di Bandung selatan tidak hanya disebabkan oleh faktor penurunan permukaan tanah. Kerusakan yang terjadi di hulu dan daerah aliran sungai Citarum, kata dia, juga menjadi salah satu faktornya.

Menurut dia, hutan di hulu Sungai Citarum yang berfungsi menahan dan menyerap air hujan kini diubah menjadi ladang dan pemukiman, dan akibatnya saat hujan datang terjadi erosi.

Selain itu, kata dia, tebing-tebing sungai (kirmir) sudah banyak yang rusak dan jebol.

"Erosi ini membuat sungai menjadi dangkal karena terjadi proses sedimentasi di dasar sungai," ujar Petrus.

Petrus mengimbau kepada pemerintah agar memperhatikan tata guna lahan dan mengembalikan fungsi lahan sesuai aturan yang berlaku.

Selain itu, menurut dia, ada dua macam perbaikan dalam menanggulangi masalah banjir Citarum, yaitu struktural dan nonstruktural.

Menurut dia, struktural merupakan langkah yang bisa dilakukan dalam jangka waktu dekat, meliputi perbaikan tebing sungai dan pengerukan dasar sungai. Sedangkan nonstruktural adalah langkah yang dilakukan dalam jangka waktu lama dengan cara menanam pohon di wilayah hulu sungai.

"Pemerintah juga harus bisa mengubah sikap mental masyarakat agar selalu mencintai lingkungannya," kata Petrus.
(T.KR-IP/S018/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010