Jakarta (ANTARA) - Pendiri Foreign Policy Community Indonesia Dino Patti Djalal mengatakan generasi muda perlu dianggap sebagai asset strategis, dalam konteks hubungan antara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan China.

“Kita perlu melihat anak muda sebagai asset strategis. Negara-negara ASEAN memiliki isu masing-masing dengan China, namun kebanyakan dari generasi muda tidak memiliki beban historis […] mereka memiliki pandangan yang segar atas dunia, termasuk atas ASEAN dan atas China,” ujar Dino dalam diskusi virtual peluncuran ‘ASEAN-China Survey 2020: Assessing the Present and Envisioning the Future of ASEAN-China Relations’, Jumat.

Dia mengatakan bahwa kecenderungan generasi muda yang memiliki pemikiran kritis dan peran aktif melalui berbagai platform, termasuk melalui media sosial dan berupaya berhubungan langsung dengan para pejabat negara, menjadikan peran mereka begitu penting dan strategis dalam memastikan hubungan antara kedua pihak yang baik ke depannya.

“Mereka merupakan masa depan, tidak hanya dalam konteks yang muluk-muluk, tetapi mereka penting dalam hubungan (ASEAN dan China) dan kita harus melibatkan mereka, lebih mengekspos mereka ke dalam hubungan tersebut,” ujar Dino.

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN bidang Politik dan Keamanan, Hoang Anh Tuan, yang mengatakan bahwa sebagai calon pemimpin masa depan di kawasan, anak muda memiliki peran penting untuk bekerja keras dan bekerja sama untuk menjaga perdamaian dan keamanan.

“Di kawasan ASEAN kita sangat menghargai apa yang telah dilakukan sejak kita membentuk kemitraan dialog dengan China, kita melihat bahwa salah satu pencapaian terpenting adalah terjaganya perdamaian dan keamanan di kawasan,” katanya.

‘ASEAN-China Survey 2020: Assessing the Present and Envisioning the Future of ASEAN-China Relations’ diselenggarakan oleh FPCI pada bulan Juni hingga Oktober 2020 dengan melibatkan 1.000 responden dari 10 negara anggota ASEAN, yang terbagi dalam lima kelompok, yakni pejabat pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, masyarakat sipil, serta pelajar.

Isu yang dibahas dalam survei tersebut meliputi bidang politik, keamanan, ekonomi, perdagangan, investasi, pendidikan, dan sosial budaya. Isu strategis seperti kerjasama penanganan COVID-19, Belt and Road Initiative (BRI), isu geopolitik seperti rivalitas AS dan China, dan proses perumusan Code of Conduct (COC) untuk sengketa di Laut China Selatan juga menjadi bagian dari survei.

Terdapat keberagaman dalam opini yang diberikan oleh masyarakat ASEAN, di mana para pelajar cenderung sedikit lebih berhati-hati, namun memberikan penilaian yang sangat positif terkait program-program yang menguntungkan mereka secara langsung seperti program beasiswa ASEAN-China Young Leaders Scholarship.

Sementara itu, kalangan responden elite seperti pejabat pemerintah dan pelaku bisnis, yang terlibat langsung dalam proses hubungan tersebut, menunjukkan respon yang lebih optimistis, dan kalangan masyarakat sipil menunjukkan sikap skeptis yang lebih tinggi.

Baca juga: Persepsi publik ASEAN atas hubungan dengan China sangat tergantung isu
Baca juga: Peneliti sebut China rekan penting ASEAN di bidang ekonomi
Baca juga: Dubes Deng Xijun akan kembangkan kemitraan strategis ASEAN-China


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020