Cilacap (ANTARA News) - Omzet mebel Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, turun hingga 50 persen sejak pemberlakuan perdagangan bebas China-ASEAN (CAFTA), demikian seorang penguasa mebel di daerah itu, Jumat.

"Dalam tiga bulan terakhir, kondisi pasar mebel sangat lesu sehingga saya mengalami penurunan omzet hingga 50 persen," kata pemilik industri mebel dan kerajinan tangan "UD Perintis Jaya Furniture", Sumarno di Jeruklegi, Cilacap, Jumat.

Ia mengatakan, sejak pemberlakuan CAFTA omsetnya menjadi hanya berkisar Rp25 juta hingga Rp30 juta per bulan.

"Padahal sebelum CAFTA bisa mencapai Rp50 juta per bulan dengan pasar Jakarta, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui pasar mebel sudah lesu sejak enam bulan lalu. Tapi situasi ini bertambah lesu sejak pemberlakuan CAFTA awal Januari silam, dan kelesuan pasar semakin dirasakan pengrajin mebel dan kerajinan tangan lainnya.

"Penurunan omzet juga dialami para pengrajin batik yang mencapai 40 persen. Demikian pula dengan kerajinan bambu mengalami penurunan omzet hingga 50 persen, sama seperti mebel," kata Ketua Asosiasi Pengrajin dan Industri Kecil (APIK) Kabupaten Cilacap ini.

Sumarno mengaku pernah mengekspor produknya dua kali senilai Rp1 miliar pada 2003 dan 2004 ke Belanda dan Yordania, tetapi dia enggan melakukannya lagi karena menghadapi kendala modal.

"Saya pesimistis kalau ekspor, karena saat ini permodalan sangat sulit," katanya.(*)

ANT/AR09

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010