Magelang (ANTARA News) - Umat Buddha dari beberapa daerah di Indonesia dan luar negeri menggelar "kogyu monlam" yaitu doa bersama untuk keselamatan dunia di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Kegiatan yang diselenggarakan Yayasan Karmapa Triyana Dharmacakra tersebut berlangsung 2 hingga 4 Aril ini di Zona II pelataran Candi Borobudur, diikuti 150-an umat Buddha yang dipimpin 36 biksu sangha aliran Tantrayana/Vajrayana.

Ketua Yayasan Karmapa Triyana Dharmacakra Welly Karlan di Magelang, Sabtu, mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mendoakan perdamaian dunia dan Indonesia pada khususnya.

Ia menyebutkan, 36 biksu tersebut berasal dari Nepal, India, Hongkong, dan Indonesia sedang umat yang hadir antara lain berasal dari Jakarta, Surabaya, Malaysia, Hongkong, Prancis, dan Taiwan.

Welly menuturkan, `kagyu monlam` ini merupakan yang kedua dilaksanakan di Candi Borobudur. Penyelenggaraan tahun lalu pesertanya lebih banyak, namun karena fasilitas penginapan ruang ber-AC terbatas maka peserta dari luar negeri tahun ini berkurang.

Ia menjelaskan, monlam adalah jalan untuk melakukan aspirasi agung sebagai suatu latihan darma yang berdasarkan bodhicitta. Latihan ini bertekad untuk mencapai kebuddhaan demi pencerahan dan kebahagiaan semua makhluk.

Aktivitas yang dilakukan dalam monlam yakni melafalkan berbagai paritta suci seperti berlindung pada tri ratna, aspirasi agung samatha badra, prajnaparamita sutra, doa aspirasi sukhavati, dan pemberkahan suci untuk meningkatkan keberuntungan.

Ia mengatakan, kegiatan ini di selenggarakan di Borobudur karena candi ini merupakan satu-satunya stupa berbentuk mandala terbesar di dunia. Mandala merupakan bukti persembahan tertinggi kepada para Buddha dan bodhisattva.

Sejak didirikan, katanya, sudah banyak makhluk suci, arahat dan bodhisatva melakukan aspirasi agung dan tekad suci untuk mencapai pencerahan dan untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan di mandala Borobudur.

"Energi suci dan kekuatan dari aspirasi agung tersebut tetap ada di Borobudur hingga sekarang," katanya.

(U.H018/R007/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010