Port Harcourt, Nigeria (ANTARA News/Reuters) - Sejumlah orang bersenjata Nigeria hari Jumat menculik tiga pekerja Suriah dan seorang Lebanon di daerah dekat kota minyak Port Harcourt, kata seorang juru bicara kepolisian.

Keempat warga asing itu dipekerjakan oleh sebuah perusahaan di Port Harcourt, kota perminyakan utama di negara produsen energi terbesar Afrika itu.

"Para penjahat menculik keempat orang itu... dan melarikan diri sambil menembaki polisi," kata Rita Inoma Abbey, juru bicara kepolisian negara bagian Rivers.

Ia menambahkan bahwa penjahat-penjahat itu memakai seragam militer.

Penculikan dengan tuntutan uang tebusan biasa terjadi di Delta Niger, wilayah penghasil minyak di Nigeria selatan, dan setiap tahun dilaporkan ratusan orang diculik. Sebagian besar dari mereka dibebaskan tanpa cedera setelah beberapa hari.

Kekerasan kembali terjadi di Nigeria selatan setelah kelompok militan utama membatalkan gencatan senjata.

Pada pertengahan Maret, serangkaian ledakan mengguncang kota Warri, Nigeria selatan, selama pertemuan pejabat tinggi pemerintah, menewaskan satu orang dan mencederai beberapa lain.

Kelompok militan utama Nigeria, Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), mengklaim bertanggung jawab atas serangan tesebut dan memperingatkan serangan-serangan lain terhadap instalasi perusahaan minyak, termasuk Total.

MEND pada awal Februari membatalkan gencatan senjata yang telah berlangsung tiga bulan dan mengancam melancarkan serangan habis-habisan terhadap industri minyak Nigeria, negara anggota OPEC.

Pada Juni 2009, Presiden Nigeria Umaru Yar`Adua melakukan salah satu upaya paling serius untuk mengendalikan kerusuhan yang membuat Nigeria gagal memproduksi lebih dari duapertiga kapasitas minyaknya, sehingga negara itu rugi milyaran dolar, dengan menawarkan amnesti tanpa syarat kepada gerilyawan.

Lebih dari 15.000 gerilyawan di daerah penghasil minyak Delta Niger dikabarkan telah menyerahkan senjata mereka dan menerima pengampunan tanpa syarat berdasarkan program presiden tersebut.

Program amnesti tawaran Yar`Adua itu, yang diberlakukan dari 6 Agustus hingga 4 Oktober 2009, bertujuan melucuti senjata militan, mendidik dan merehabilitasi militan dan penjahat di Delta Niger.

Sebagai bagian dari upaya amnesti itu, pemerintah pada 13 Juli membebaskan Henry Okah, seorang pemimpin MEND, setelah tuduhan terhadapnya dibatalkan.

MEND menanggapi langkah itu dengan mengumumkan gencatan senjata 60 hari dalam "perang minyak" mereka.

Gerakan bagi Emansipasi Delta Niger (MEND), kelompok paling lengkap persenjataannya diantara sejumlah kelompok pemberontak yang beroperasi di wilayah selatan penghasil minyak, mengklaim melancarkan sejumlah serangan sejak pemerintah Nigeria menawarkan amnesti pada Juni.

MEND telah mendesak semua perusahaan minyak yang masih beroperasi di Delta Niger segera pergi, dengan mengancam melancarkan serangan-serangan baru.

MEND bertanggung jawab atas serangkaian serangan terhadap perusahaan-perusahaan minyak besar yang mencakup Shell, Chevron dan Agip.

Serangan-serangan itu sempat membuyarkan harapan bahwa tawaran amnesti akan menciptakan masa tenang.

Delta Niger sejak 2006 dilanda kerusuhan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang menyatakan berjuang untuk pembagian lebih besar dari kekayaan minyak di kawasan itu bagi penduduk setempat.

Kerusuhan itu telah menurunkan ekspor minyak Nigeria menjadi 1,8 juta barel per hari, dari 2,6 juta barel tiga setengah tahun lalu.

Militer Nigeria memulai ofensif terbesar dalam beberapa tahun ini pada pertengahan Mei, dengan membom kamp-kamp militan di sekitar Warri di negara bagian Delta dari udara dan laut dan mengirim tiga batalyon pasukan untuk menumpas pemberontak yang diyakini telah melarikan diri ke daerah-daerah sekitar.

Militer menyatakan tidak bisa berpangku tangan lagi setelah serangan-serangan terhadap pasukan, pemboman pipa minyak dan pembajakan kapal minyak, yang semuanya membuat Nigeria gagal mencapai produksi penuhnya selama beberapa tahun ini.

Geng-geng kriminal juga memanfaatkan keadaan kacau dalam penegakan hukum dan ketertiban di wilayah itu. Lebih dari 200 warga asing diculik di kawasan delta tersebut dalam dua tahun terakhir. Hampir semuanya dari orang-orang itu dibebaskan tanpa cedera.

Nigeria adalah produsen minyak terbesar Afrika namun posisi tersebut kemudian digantikan oleh Angola pada April tahun 2008, menurut Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010