Denpasar (ANTARA News) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar terus menjalin kerja sama dengan seniman asing sebagai salah satu upaya menciptakan citra positif Indonesia dalam kancah pergaulan internasional.

"Lewat karya seni kita bisa memberikan pencitraan positif Indonesia di tingkat internasional dan lewat seni pula kita mampu mempererat persahabatan antarnegara," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S, MA dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Denpasar, Minggu.

Ia mengemukakan, upaya itu bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain kerja sama penciptaan karya seni seniman Indonesia dengan seniman asing.

Salah satu contohnya, pada 9 April lalu, mahasiswa Jurusan Pedalangan ISI Denpasar telah melakukan pentas kolaborasi teater dengan dua seniman Prancis, yaitu Jean Francois Rene dan Sandrine Maunier dan hasilnya sangat memukau penonton.

Sebelum pentas bersama, seniman asal kedua negara mengikuti lokakarya mulai 6 hingga 7 April 2010. Lokakarya itu merupakan upaya untuk menggabungkan seni teater barat dengan Indonesia sehingga melahirkan karya yang inovatif.

"Mereka telah mampu mengombinasikan dua budaya dan sudut pandang berbeda guna melahirkan hal yang inovatif sebagai kolaborasi interkultural. Dari penggabungan dua teater beda budaya ini akan menciptakan teater yang kita kenal dengan Eurasia atau Eropa-Asia," kata Wayan Rai.

Ia berharap jalinan kerja sama ini dapat terus terwujud dengan program kegiatan yang lain di masa mendatang. Lewat kerja sama ini, seniman dari kedua negara diharapkan dapat lebih memperluas wawasan masing-masing.

Direktur Yayasan Indonesia Perancis Audrey Lamu yang memfasilitasi kegiatan tersebut sangat menyambut baik jika nantinya ISI Denpasar dengan Yayasan Indonesia Perancis dapat menyelenggarakan kegiatan lainnya di masa mendatang.

Sementara lokakarya bersama itu menghasilkan tiga karya yang dipentaskan di kampus ISI. Karya pertama berjudul "Wadi", yang mengisahkan tentang waktu kelahiran manusia ke dunia, dimana pada saat yang sama lahir juga Sang Hyang Panca Maha Butha dan Sang Hyang Tiga Sakti.

Pada pementasan kedua ditampilkan teater boneka yang dibawakan oleh mahasiawa asing yang mengikuti pendidikan di ISI Denpasar. Ofeli Ravo yang berasal dari Prancis, secara tunggal memainkan boneka ular yang diciptakannya sendiri.

Penampilan ketiga dibawakan oleh mahasiswa pedalangan ISI dengan teater berjudul "Dhurbudhi". Lakon ini menceritakan tentang keangkaramurkaan hati manusia yang digambarkan dengan seekor burung terlepas dari sangkarnya.
(T.M026/I006/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010