Semarang (ANTARA News) - Rumah Sakit Umum Pusat dr Kariadi Semarang akan mengusulkan pengalihan dana dari Kementerian Kesehatan yang semula untuk Bilqis Anindya Passa ke pasien "atresia bilier" lainnya.

"Kami akan mengupayakan pengusulan dana yang ditanggung Kemenkes untuk Bilqis dialihkan ke pasien lain, misalnya Melati (Imel)," kata Direktur Utama RSUP dr Kariadi Semarang dr Hendriani Selina di Semarang, Minggu.

Hal itu diungkapkan Hendriani usai menghadiri doa bersama untuk Bilqis di Masjid Assyifa di kompleks RSUP dr Kariadi Semarang atas prakarsa keluarga Bilqis dan rumah sakit setempat.

Menurut dia, pengalihan dana yang semula ditanggung Kemenkes untuk perawatan dan operasi Bilqis itu memang dimungkinkan. Untuk itu, pihaknya akan membahas pengusulan pengalihan dana tersebut bersama tim cangkok hati.

Ditanya tentang penanganan terhadap Imel di RSUP dr Kariadi Semarang, ia mengatakan pihaknya tetap berkomitmen untuk mengupayakan kesembuhan pasien itu, termasuk Imel, dan Putri pasien dari Minahasa.

"Kami berkomitmen terhadap kesembuhan seluruh pasien, bukan hanya pasien `atresia bilier`. Kepastian penyakit yang diderita Imel dan Putri tentunya diketahui setelah dilakukan diagnosis," kata Hendriani.

Sementara itu, ibunya Bilqis, Dewi Farida mengatakan pihak keluarga telah berkomitmen untuk membantu anak-anak lain yang menderita "atresia bilier" dalam bentuk yayasan yang akan dikelola keluarga ini.

"Sementara ini yayasan memang belum terbentuk, namun kami sudah memberikan bantuan yang tidak seberapa untuk para penderita `atresia bilier` lainnya," katanya, tetapi enggan menyebut penerima bantuan tersebut.

Ia mengatakan hasil pengumpulan "koin cinta untuk Bilqis" akan digunakan untuk membantu anak-anak penderita "atresia bilier" tersebut, namun uang sebanyak itu tentunya tidak cukup untuk membantu seluruh penderita.

"Penghimpunan dana memang telah kami tutup ketika Bilqis sudah dirawat di RSUP dr. Kariadi, karena biaya sudah ditanggung oleh Kemenkes dan masih banyak anak-anak lain yang butuh bantuan," katanya.

Menurut dia, hasil penghimpunan `koin cinta untuk Bilqis` berdasarkan catatan terakhir ketika ditutup sekitar Rp2,1 miliar. "Uang sebesar itu paling hanya cukup untuk mengobati satu penderita `atresia bilier`," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya ingin bersikap adil terhadap para pasien `atresia bilier`, sehingga akan mengelola penyaluran uang itu dengan sebaik-baiknya, termasuk dengan mendirikan yayasan.

"Kami tengah mempelajari mekanisme pendirian yayasan, termasuk terkait anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART), sehingga yayasan itu dapat dikelola dengan baik dan bermanfaat," kata Dewi.

Peran pihak lain, termasuk pemerintah, kata dia, tentunya juga diharapkan untuk membantu menangani para pasien "atresia bilier" lainnya, sebab pihaknya tidak mungkin dapat berjuang sendiri. (ZLS/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010