Kathmandu (ANTARA News) - Puluhan ribu anggota partai Maois berkumpul di ibu kota Nepal,Kathmandu, Kamis menjelang satu protes massa yang bertujuan menggulingkan pemerintah, kata polisi.

Partai Maois, yang memiliki jumlah kursi paling banyak di parlemen, menuntut pemerintah koalisi digantikan dengan pemerintah nasional yang dipimpin Maois.

Para pemimpin Maois berikrar bahwa protes Sabtu nanti akan berlangsung damai, tetapi pasukan keamanan berada dalam siaga tinggi sementara ketegangan di kota itu meningkat, menjelang rapat pada hari Buruh.

"Lebih dari 40.000 pendukung Maois telah berkumpul di lembah Kathmandu dalam tiga hari belakangan ini," kata komandan polisi distrik Inspektur Polisi Kedar Dhakal kepada AFP, Kamis.

"Kami telah mengerahkan banyak personil keamanan. Kami akan hati-hati dalam melaksanakan tugas kami dan mengharapkan tidak akan menggunakan kekerasan."

Para anggota Liga Komunis Muda, satu sayap pemuda yang agresif dari partai Maois secara terbuka melakukan pelatihan di lapangan-lapangan umum dan kompleks-kompleks sekolah di Kathmandu, yang menimbulkan kecemasan di kalangan penduduk.

"Kami telah melatih para kader kami dengan pelatihan fisik agar mereka memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan massa jika protes-protes itu berubah menjadi kerusuhan," kata pemimpin Maois Pushpa Kamal Dahal kepada wartawan, Selasa.

"Tetapi protes kami akan berlngsung secara damai. Kami tidak akan menggunakan kekerasan," kata Dahal dan menambahkan pemerintah harus bertanggung jawab jika para pemrotes ditekan dan bentrokan meletus.

Dahal-- yang dikenal dengan mana Prachanda itu -- juga memperingatkan bahwa jika tuntutan-tuntutan Maois tidak dipenuhi, mereka terpaksa akan melakukan pemogokan di seluruh negara itu untuk waktu yang tidak ditentukan mulai 2 Mei.

Para anggota parlemen Nepal memiliki waktu sampai 28 Mei untuk menyelesaikan konstitusi baru yang menurut para pengamat adalah kunci untuk menjamin terwujudnya perdamaian abadi setelah perang saudara satu dasawarsa antara Maois dan pemerintah yang berakhir tahun 2006, menewaskan setidaknya 16.000 orang.

Mereka juga harus memenuhi perjanjian untuk mengintegrasikan hampir 20.000 bekas pemberontak Maois yang tinggal di tempat-tempat penampugan di seluruh negara itu.

"Ini adalah saat paling berbahaya. Maois telah mengerahkan anggota mereka dalam satu jumlah yang belum pernah terjadi

sebelumnya," kata komentator politik Prashant Jha kepada AFP, Kamis.

Pemerintah koalisi menuntut agar kelompok Maois membubarkan struktur paramiliter dari Liga Komunis Muda dan memulangkan kembali properti yang mereka sita.

Seminggu sebelum protes itu, Maois memaksa penutupan 8.000 sekolah swasta di seluruh negara itu.

Pemerintah yang dipimpin Maois jatuh Maret 2009 setelah presiden membatalkan keputusan pemerintah untuk memecat panglima militer.

Sejak itu partai tersebut melakukan protes-protes , menyerukan presiden meminta maaf dan sidang parlemen menyangkut kekuasaan presiden.

AFP/H-RN/H-AK

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010