Mamuju, 2/5 (ANTARA)- Sekitar 200 pelajar setingkat SMA bersama mahasiswa di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) ikut demo untuk memperingati hari pendidikan yang jatuh pada hari ini, Minggu.

Para demonstran yang menggelar aksi damai tersebut mulai bergerak dari Kampus Universitas Tomakaka, Mamuju, menuju bundaran lapangan Ahmad Kirang, Mamuju.

Aksi demonstran yang dilakukan para pelajar dan mahasiswa itu juga sempat melumpuhkan arus kendaraan akibat membludaknya massa demonstran yang ada di daerah itu.

Koordinator Aksi yang mengatasnamakan Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Sulbar, Suparman, mengatakan, kondisi pendidikan di Indonesia masih sangat buram sehingga mengakibatkan bangsa yang besar ini tetap tertinggal dari negara-negara asia lainnya.

"Pendidikan sebagai pembentuk karakter intelektual yang seharusnya berorientasi kerakyatan, ternyata tidak mampu terwujudkan dengan baik, wajah pendidikan kita masih tetap buram sehingga kita tetap berada pada garis keterbelakangan dan ketertinggalan," kata dia.

Ia mengatakan, persoalan dunia pendidikan yang muncul baik pada tingkat nasional maupun lokal, baik persoalan akhlak maupun moral manusia menjadi salah satu pemicu yang terjadi di tengah masyarakat, hal ini terjadi, akibat wajah pendidikan hingga saat ini masih sangat jauh dari apa yang diharapkan.

"Salah satu indikator yang menyebabkan rusaknya moral dan akhlak manusia tersebut akibat kurangnya SDM akibat pendidikan yang masih minim, sehingga persoalan bangsa ini hendaknya segera ditangani dengan baik sehingga kelak kualitas anak bangsa melahirkan generasi yang berdaya guna," ucapnya.

Dia mengatakan, salah satu wajah buram pendidikan di Mamuju adalah dengan tercorengnya akibat tindakan salah satu oknum aparat yang memukuli seorang siswa SMK Mamuju dan masih banyak dihadapkan persoalan lain dalam dunia pendidikan di daerah ini.

Selain itu, kata dia, dengan dicabutnya subsidi BBM merupakan mata rantai yang saling berkaitan sehingga menyebabkan subsidi pendidikan dan kesehatan, sehingga mengakibatkan masyarakat merasa makin terbebani. (ACO/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010